Sabtu, 24 Agustus 2013

Belajar Dari Iblis

Gambar : Google
Sungguh pada dasarnya, yang kita lalui adalah paket belajar dari Allah. Kita semua, الانسان hakikatnya ada dalam sebuah kelas Maha Besar dengan Dia sebagai Murabbi, karena Dia adalah رب العالمين (Murabbi Alam Semesta). Dia memberi kita semua Mata Kuliah, sekaligus wilayah untuk KKN atau PPL atau entah apalah namanya.
Ramadhan adalah satu dari sekian saat dimana semua kita mengikuti Ulangan atau Ujian atau boleh jadi semacam Muhasabah, seberapa banyak kita bisa belajar dari perkuliahan sebelas bulan dari tahun-tahun yang telah kita lalui.
Dia menggunakan banyak sekali metode, diantaranya dengan menggunakan القلم sebagai metode pemberian Ta'lim. Adalah catatan-catatan peristiwa, sejarah, Ilmu Pengetahuan yang terbaca lewat kegiatan 'makhluk lain' baik yang hidup maupun yang mati, yang ghaib maupun yang real.
Maka marilah kita membuka catatan tentang Syeitan atau Iblis untuk ta;lim kali ini.


Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa  Sang Iblis itu dahulu memiliki rupa yang sangat indah cemerlang, mempunyai sayap empat, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya. Dia juga pemimpin para malaikat Karubiyin. Ia dikaruniai begitu banyak keistimewaan. Dia itu di langit pertama, dikenal sebagai al-Abid karena ketekunannya beribadah. Di langit kedua disebut az-Zahid. Gelarnya di langit ketiga adalah al-Arif. Pada langit keempat dikenal sebagai al-Wali. Pada langit kelima, namanya at-Taqi. Pada langit keenam sebagai al-Kazin. Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil, sedangkan namanya dalam Lauh Mahfudz, adalah Iblis. Hebatan mana ya dengan kita?

Kehebatannya beribadah, kedudukannya yang agung diantara para malaikat, menjadikannya terlalu-lalu asyik menikmati semua anugerah yang diperolehnya itu.
Maka saat Allah S.W.T memerintahkannya untuk sujud kepada Adam, Iblis berkata, "Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku dari api sedang Engkau jadikan dia dari tanah."

Iblis berdiri tegak ketika semua malaikat merunduk sujud. Ketika para malaikat mengangkat kepala, mereka mendapati iblis belum sujud juga. Maka para malaikat bersujud lagi untuk kedua kalinya kerana bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan berpaling tanpa segorespun raut penyesalan pada wajahnya.
Kesombongan dan Asa Pang Unggulna, telah menyelimuti segenap perkenalannya dengan Allah. Siapa yang berani menentang Sang Penguasa yang Maha Pembalas lagi Maha Perkasa. Siapa yang berani membangkang Raja diraja semesta tanpa sesal sedikitpun itu?. Dialah Iblis. Hingga Allah lalu melaknatnya. Nah sodara, jika Tokoh kita yang hebat saja dilaknat ketika menyombongkan diri, apalagi kita yang ga’ hebat, ya kan?

Kemudian Allah mengubah mukanya yang sangat indah cemerlangan menjadi bentuk seperti babi hutan. Kepalanya menjadi seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.

Allah lalu mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan dari berbagai jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi. Allah SWT melaknatinya sehingga ke hari kiamat kerana dia menjadi kafir.

Setelah diusir, bukannya takut atau menyesal, iblis malah berkata jumawa, "Wahai Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu. Akan aku goda anak cucunya agar berpaling dari Mu!, bukakan satu kesempatan untukku."
Allah berfirman yang maksudnya, "Tidak akan dilahirkan seorang anak bagi keturunan Adam, kecuali tentu dilahirkan darimu dua padanya."
Berkata iblis, "Tambahkan lagi Ya Allah." Allah berfirman, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalanlah di sana sejalan dengan peredaran darah."
Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah berfirman, "Kerahkanlah terhadap mereka pasukanmu, baik yang berkuda maupun pasukan yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, yaitu mendorong mereka ke dalam cara perniagaan yang AKU haramkan."
"Juga pada anak-anak, yaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, zina, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan buatlah perjanjian dengan mereka."

Huebat tenan Tokoh kita yang satu ini. Dia ini bukannya tidak mengenal siapa Allah. Tapi dia begitu berani terang-terangan menentang perintahNya, setelah Allah begitu murka, dia masih juga mengajukan usul dan permohonan-permohonan untuk upaya pemberontakannya itu dikemudian hari.

Meski demikian, dalam beberapa hal Iblis masih sangat patuh pada Allah.

Seperti dalam kisah lain Iblis diperintah Allah untuk datang kepada Nabi Muhammad s.a.w agar menjawab segala pertanyaan yang akan diajukan padanya. Iblis pun datang kepada baginda Rosul dengan menyerupai orang tua yang baik lagi bersih, sedang ditangannya memegang tongkat.

Baginda Rasulullah s.a.w lalu bertanya, "Hai iblis, berapa banyakkah musuhmu dari kalangan umat-umatku ?"  Iblis menjawab, "Lima belas, yaitu Engkau sendiri hai Muhammad, Imam dan pemimpin yang adil, Orang kaya yang rendah hati, Pedagang yang jujur dan amanah, Orang alim yang mengerjakan solat dengan khusyuk, Mukmin yang memberi nasihat, Mukmin yang berkasih-sayang, Orang yang tetap dan cepat bertaubat, Orang yang menjauhkan diri dari segala yang haram, Mukmin yang selalu dalam keadaan suci, Mukmin yang banyak bersedekah dan berderma, Mukmin yang baik budi dan akhlaknya, Mukmin yang bermanfaat kepada orang, Orang yang hafal al-Qur'an serta selalu membacanya, Orang yang berdiri melakukan solat di waktu malam sedang orang-orang lain semuanya tidur.

Kemudian Rasulullah s.a.w bertanya lagi, "Berapa banyakkah temanmu di kalangan umatku ?" Jawab iblis, "Sepuluh golongan ya Rasul, yaitu :
Hakim yang tidak adil, Orang kaya yang sombong, Pedagang yang khianat, Pemabuk/ peminum arak, Orang yang memutuskan tali persaudaraan, Pemilik harta riba', Pemakan harta anak yatim, Orang yang selalu lengah dalam mengerjakan solat/sering meninggalkan solat, Orang yang enggan berzakat, Orang yang selalu berangan-angan dan berkhayal.
Mereka semua itu adalah sahabat-sahabatku yang setia."

Maka wahai temanku, sodara-sodaraku sebangsa dan setanah aer, seiman seagama, ia Sang  Iblis telah memaparkan rahasianya, bahwa :

1.   Dia akan berupaya sekuat daya untuk menyesatkan kita, Waspadalah!
2.   Ia menjadikan missinya itu sebagai perang abadi,
3.   Sombong dan Takabbur menjadi alat baginya dia agar kita berada pada posisi yang sama dengannya karena sifat itulah yang membuatnya nelangsa
4.   Musuh bebyutannya ada Limabelas kelompok
5.   sedang teman setianya ada Sepuluh golongan,

kita mau masuk kelas yang mana? Semua gratis tanpa dipungut beaya pendaftaran.
Yang perlu kita catat adalah bahwa jika ia masuk neraka, ia sendiri adalah api. Bagaimana dengan kita?

Na’udzu billahi minasy syaithon arrojiem

Rabu, 03 Juli 2013

PPDB SMP di Kota Cirebon

Para Orangtua saat ini kebanyakan tengah dilanda kekhawatiran. Betapa tidak, persaingan antar siswa yang ingin melanjutkan ke SMP semakin ketat. Para Orangtua dituntut untuk benar-benar jeli menentukan pilihan kemana harus memasukkan putera-puteri mereka. Banyak sekali pilihan, namun dengan sistem Passinggrade,   mereka seperti tengah bermain judi. Ah, jangan-jangan SMP tujuan tahun ini mematok nilai UN terendah diatas nilai putera-puterinya, iya kan?

Namun sudah terlanjur memilih, marilah kita kawal pilihan kita itu dengan terus memantau posisi putera-puteri kita di SMP Favoritnya sekarang ini dari heri ke hari atau bahkan dari jam atau menit melalui http://kotacirebon.siap-ppdb.com/#!/020001/hasil/seleksi/p/22020002-0/8/simple
sehingga saat nama putera-puteri kita tidak tertera lagi di SMP piliah I, kita bisa langsung cek di SMP pilihan II dan seterusnya.

Selamat berjuang demi cerah-ceria masa depan putera-puteri kita!

NUPTK Raudlatul Athfal

Meskipun belum begitu jelas langkah berikutnya setelah download Form A03 bagi yang berniat atau bahkan wajib melakukan Verifikasi dan Validasi data mutakhir, langkah Kemendiknas membuka klik merupakan hadiah bagi para guru RA. Langkah pemutakhiran ini memungkinkan para Guru RA dapat melihat peluang untuk dapat menikmati fasilitas fungsional mereka sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, bahkan peletak karakter dasar bangsa ini di kemudian hari

Nah, untuk mendapatkan data lebih lengkap, silakan mampir di http://padamu.siap.web.id/ para Guru RA akan dipandu untuk mendapatkan Formulir-formulir yang dibutuhkan

Selamat mencoba

Minggu, 02 Juni 2013

WIQAYAH


KENAPA KATA WIQAAYAH
DIJADIKAN MAKNA PENDIDIKAN ISLAM?

PENDAHULUAN
Menurut pengamatan Muhammad Arif Fadhillah Lubis, S.H.I., MSI & Drs. Suherman, M.Ag. Dosen Politeknik Negeri Medan, akhir-akhir ini kerusakan akhlak tanpa kecuali di lingkungan para mahasiswa dan pelajar dengan segala jenis dan bentuknya adalah sebuah ancaman yang berbahaya tidak saja terhadap para pelakunya, tapi merupakan ancaman yang serius terhadap stabilitas sosial, ekonomi dan keamanan serta kesatuan bangsa.

Pada masa dua tahun terakhir ini semakin sering kita menyaksikan tidak lagi sekedar tawuran, tapi telah lebih parah lagi. Mahasiswa dan pelajar (sampai tingkat Sekolah Dasar) telah diracuni oleh narkoba. Suatu hal yang mungkin dulu tidak pernah terbayangkan. Bahkan banyak di antara mereka yang sudah sampai kepada kecanduan yang sudah sangat sulit diobati. Ini baru beberapa yang telah terlanjur diekspos kehadapan publik. Adapun yang tersembunyi, yang tidak atau belum terdeteksi tentunya lebih parah lagi. Seperti pelacuran dikalangan pelajar, pornografi dengan berbagai jenis dan bentuknya, pemalsuan ijazah, kerusakan akhlak dikalangan para pendidik sendiri dan lain sebagainya.

Kita tidak memungkiri adanya faktor eksternal yang sangat kuat yang menyebabkan kondisi ini. Tapi minimal ini merupakan indikator yang sangat nyata betapa jeleknya kondisi internal mereka (baca pendidikan dengan segala isinya). Karena apa yang mereka pelajari dan siapa yang mengajari mereka sudah tidak mampu lagi memberikan imunitas kepada mereka dari bahaya-bahaya luar. Sehingga ketika mereka dirasuki oleh racun-racun eksternal mereka terkapar tak berdaya.  Abuddin Nata menyebut fenomena diatas sebagai ‘neraka’ dunia.

Mengapa itu semua bisa terjadi? Jawabanya tentu saja sangat kompleks, tetapi yang pasti berbagai perilaku yang terjadi pada sikap dan perilaku anak bangsa saat ini tidak dapat dilepaskan dari pola pendidikan yang telah dan disajikan bagi anak bangsa dewasa ini tidak mampu memberikan efek Tarbiyah.

Allah, melalui al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 dan ayat-ayat wiqaayah lain, telah memberikan motivasi kepada para mukmin untuk melakukan kegiatan pendidikan (Tarbiyah), apakah bentuknya Ta’lim, Ta’dib, Tahdzib maupun Tadris.

Kata Kunci ; Wiqaayah, Pendidikan Islam


ARTI KATA WIQAYAH
Kata wiqayah (وقاية) berasal dari kata waqaa  ((وقى yaqii (يقى) wiqayatan (وقاية) artinya: menjaga, memelihara (dari kesakitan)1).
Al-Qur’an2) menggunakan kata waqaa dalam Q.S al-Mukmin:45, at-Thur:18, ad-Dukhon:56 dan surat ad-Dahr:11; Kata taqiy dalam Q.S al-Mukmin:9 dan Nuh:81; Dan kata quu dalam Q.S at-Tahrim:6; serta kata qi dalam al Baqarah:201, al-Mukmin:7 dan 9; Kesemuanya berasal dari kata wiqayah.

Kata Waqaa (وقى)  terdapat dalam:
1.    Q.S Al Mu’min ayat 45 :

45. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk.

2.    Q.S At-Thur:18,
18. Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka.

3. Q.S Ad-Dukhon:56
56. Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. dan Allah memelihara mereka dari azab neraka,


Kata taqiy dalam: 1. Q.S al-Mukmin:9

9. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan yang besar".




2.        Q.S Nuh:81;

(yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaKu,

kata qi dalam: 1. Q.S Al Baqarah:201,

201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"

2.        Q.S Al-Mukmin:7 dan 9;
7. (malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,

Dan kata quu dalam Q.S at-Tahrim:6
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.


Kata Waqaa, yaqi juga menurunkan kata Tawaqqaa dan Ittaqaa yang berarti takut kepada sesuatu3) Dan al-Qur’an menggunakan derevasi kata ini untuk menyatakan salah satu hasil dari proses yang ditempuh dalam rangka upaya menjaga diri dan keluarga dari api neraka seperti yang diperintahkan dalam surat at-Tahrim ayat 6.
Setidaknya al-Qur’an menggunakan derevasi kata waqaa untuk menjelaskan:
Sifat-sifat orang yang bertakwa: Q.S 2:3, 2:4, 3:115, 7:201, 8:34, 22:32, 23:57, 23:61, 49:3, 53:32
Jalan takwa: 2:21, 2:63, 2:177, 2:179, 2:183, 2:187, 7:171
Mengagungkan syi'ar Allah tanda ketakwaan hati: 5:2, 22:30, 22:32, 22:36, 22:37

Kedudukan Wiqaayah dalam Konsep Pendidikan Islam
Terkait dengan Ayat 6 Surat at-Tahrim Abuddin Nata mengutip penjelasan al Maroghi bahwa didalam ayat tersebut terdapat kata quu anfusakum yang berarti buatlah sesuatu yang menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara menjauhkan dari perbuatan maksiat4).
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Umar berkata: "Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?" Rasulullah SAW. menjawab: "Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepadanya.

Keterangan ayat di atas menunjukkan bahwa Islam menyerukan kepada orang tua untuk memikul tanggung jawab terhadap anak-anak mereka. Islam telah membebani para bapak dan ibu suatu tanggung jawab yang sangat besar di dalam mendidik anak-anak dan mempersiapkan mereka dengan persiapan yang sempurna untuk menanggung beban hidup mereka.  Hal ini merupakan motivasi untuk pera orangtua untuk melakukan kegiatan berkaitan dengan tarbiyah terhadap anak-anak, isteri kerabat dan orang-orang yang menjadi tanggungan mereka. Berkaitan dengan itu, Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa bagaimanapun bapak itu menjaga anak dari api neraka lebih utama dari pada menjaganya dari api dunia. Untuk itu menurut Imam Al-Ghazali sang orang tua (keluarga) harus memberikan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya agar terhindar dari apa yang diterangkan Al-Qur’an tersebut. (Al-Ghazali, 1964: 193).

Pendapat Imam Al-Ghazali tentang keharusan keluarga memberikan pendidikan akhlak tersebut sejalan dengan keterangan yang bersumber dari Rasulullah SAW dalam sabdanya:
عَلِّمُوْا أَوْلاَدَكُم وَأَهْلِيْكُمُ الْخَيْرَ وَأَدِّبُوْهُمْ
Artinya: “Ajarkanlah kebaikan (etika dan moral) kepada anak-anak kamu (laki-laki dan perempuan) dan keluargamu (isteri atau suami) dan didiklah mereka (pendidikan, olah pikir).” (Hadis Riwayat Abdur Razzaq dan Sa'id Ibn Mansur)
Lihat juga Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak, hlm. 20-21).

Berkaitan dengan pendidikan akhlak (ta’dib) dalam keluarga, Imam Al-Ghazali, menilai bahwa anak adalah amanah Allah yang kepada mereka orangtua harus melakukan tarbiyah, yakni menjaga dan mendidik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan di dunia ini bagaikan sebuah mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk amanat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan berakhlak mulia. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada orang tuanya akan tampak sekali. Kedekatan ayah ibu (orang tua) dengan anak, jelas memberikan pengaruh yang paling besar dalam proses pembentukan akhlak (ta’dib), dibanding pengaruh yang diberikan oleh komponen pendidikan lainnya. Karena ikatan ibu bapak dengan putera puterinya adalah lebih kuat daripada ikatan persaudaraan dan ikatan lainnya. (Al-Ghazali, 1964: 128). 

Lebih spesifik, di dalam Ihyā’ Ulūmuddīn pada bahasan tentang ta’lim (melatih) budi pekerti yang baik pada anak Imam Al-Ghazali mengatakan: “Ketahuilah, bahwa cara melatih anak itu sangat penting dan amat perlu. Anak adalah mutiara yang sangat berharga bagi kedua orang tuanya. Hati yang suci adalah mutiara yang sangat berharga, halus, dan bersih dari ukiran dan gambaran. Ia menerima semua yang diukir padanya. Dan terpengaruh kepada semua yang dipengaruhkan padanya.” (Al-Ghazali, 1964: 198).   

Imam Al-Ghazali sangat menganjurkan agar dalam pembinaan akhlak anak dilakukan dengan cara latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwa dan akalnya. Oleh karena pembiasaan dan latihan akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat. Akhirnya tidak tergoyahkan karena telah masuk menjadi bagian dari kepribadian. Sehingga Imam Al-Ghazali menyatakan: “Jika anak itu sejak tumbuhnya sudah dibiasakan dan diajari yang baik-baik, maka nantinya ketika ia mencapai usia baligh tentulah ia akan dapat mengetahui rahasianya yakni mengapa perbuatan yang tidak baik itu dilarang oleh ayah (orang tua).” (Al-Ghazali, 1964: 193). 
Dalam rangka mencapai hasil pendidikan yang maksimal, al-Qur’an menawarkan konsep pendidikan seperti dalam Q.S. Luqman/31:12-19 :


12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Menurut Abuddin, dalam ayat tersebut terdapat komponen pendidikan diantaranya: Pertama, komponen pendidik yang dalam hal ini adalah kedua orangtua (Luqman) sebagai kepala keluarga. Kedua, komponen anak didik dalam hal ini adalah putera Luqman sendiri. Ketiga, komponen lingkungan dimana pendidikan tersebut berlangsung dalam hal ini adalah lingkungan keluarga. Keempat, komponen materi (kurikulum) pendidikan yang mencakup aqidah, menjauhkan syirik; akhlak mulia dengan memuliakan orangtua, mendirikan sholat, beramar ma’ruf nahi munkar, bersikap tabah, menjauhkan sombong, bersikap rendah hati dsb. Kelima, komponen hubungan, pendekatan dalam proses belajar mengajar, yang dalam hal ini mengembangkan pola hubungan yang demokratis, menghargai pendapat orang lain, manusiawi, berorientasi pada kebenaran ilmiyah dan profesional. Keenam, komponen metode yang dalam hal ini menggunakan metode ceramah (mau’idzah) dan perintah.

WIQAAYAH SEBAGAI MOTIASI
Kandungan Surat at-Tahrim ayat 6 yang memerintahkan dengan tegas agar setiap mukmin berupaya memelihara diri dan keluarga dari api neraka, memotiasi para mukmin untuk saling mencari dan memberi pengetahuan terutama perihal bagaimana melaksanakan pendidikan. Mengetahui materi dan metode pendidikan merupakan sebuah kebutuhan.
Seperti halnya para sahabat nabi yang terobsesi dengan syahid, semestinya para orangtua menempatkan pendidikan setara dengan kebutuhan para sahabat terhadap ‘syahid’, sebab keduanya sebanding
:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S at-Taubah/9:122)

Oleh karenanya, penguasaan pengetahuan tidak hanya akan menghindarkan dan mejaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, melainkan juga akan terangkat derajat kemanusiaannya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S al-Mujadalah/58:11)









DAFTAR PUSTAKA
1.      Abdullah, M. Amin, Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam, alih bahasa Hamzah, Bandung: Mizan, 2002.
2.      Al-Ghazali, Abu Hamid,  Ihyā' Ulūmuddīn, Jilid III dan IV, alih bahasa Ismail Ya'kub, Surabaya: Faisan, 1964.
3.      Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, cet. I Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 1999.
4.      Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawy), Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet.5, 2012.
5.      Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak dalam Islam, alih bahasa Jamaluddin Miri, Cet. ke-3, Jakarta: Pustaka Amani, 2002.
6.      Zainuddin dkk., Seluk-Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.