Sabtu, 04 Mei 2013

WIQAAYAH


KENAPA KATA WIQAAYAH
DIJADIKAN MAKNA PENDIDIKAN ISLAM?

Kata wiqayah (وقاية) berasal dari kata waqaa  ((وقى yaqii (يقى) wiqayatan (وقاية) artinya: menjaga, memelihara (dari kesakitan)1).
Al-Qur’an2) menggunakan kata waqaa dalam Q.S al-Mukmin:45, at-Thur:18, ad-Dukhon:56 dan surat ad-Dahr:11; Kata taqiy dalam Q.S al-Mukmin:9 dan Nuh:81; Dan kata quu dalam Q.S at-Tahrim:6; serta kata qi dalam al Baqarah:201, al-Mukmin:7 dan 9; Kesemuanya berasal dari kata wiqayah.

Kata Waqaa (وقى)  terdapat dalam:
1.    Q.S Al Mu’min ayat 45 :
çm9s%uqsù ª!$# ÅV$t«ÍhŠy $tB (#rãx6tB ( s-%tnur ÉA$t«Î/ tböqtãöÏù âäþqß É>#xyèø9$# ÇÍÎÈ
45. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk.

2.    Q.S At-Thur:18,
tûüÎgÅ3»sù !$yJÎ/ öNßg9s?#uä ÷Làiš/u óOßg9s%urur öNåk5u z>#xtã ÉOŠÅspgø:$# ÇÊÑÈ  
18. Mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka.

3. Q.S Ad-Dukhon:56
Ÿw šcqè%rätƒ $ygŠÏù šVöqyJø9$# žwÎ) sps?öqyJø9$# 4n<rW{$# ( óOßg9s%urur z>#xtã ÉOŠÅspgø:$#
56. Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. dan Allah memelihara mereka dari azab neraka,


Kata taqiy dalam: 1. Q.S al-Mukmin:9
ãNÎgÏ%ur ÏN$t«Íh¡¡9$# 4 `tBur È,s? ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# 7ͳtBöqtƒ ôs)sù ¼çmtF÷H¿qu 4 šÏ9ºsŒur uqèd ãöqxÿø9$# ÞOŠÏàyèø9$#
ÇÒÈ
9. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu Maka Sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan yang besar".
2.        Q.S Nuh:81;
Èbr& (#rßç6ôã$# ©!$# çnqà)¨?$#ur ÈbqãèÏÛr&ur ÇÌÈ
(yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaKu,

kata qi dalam: 1. Q.S Al Baqarah:201,
Oßg÷YÏBur `¨B ãAqà)tƒ !$oY­/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$#
201. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"

2.        Q.S Al-Mukmin:7 dan 9;
tûïÏ%©!$# tbqè=ÏJøts z¸öyèø9$# ô`tBur ¼çms9öqym tbqßsÎm7|¡ç ÏôJpt¿2 öNÍkÍh5u tbqãZÏB÷sãƒur ¾ÏmÎ/ tbrãÏÿøótGó¡our tûïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä $uZ­/u |M÷èÅur ¨@à2 &äóÓx« ZpyJôm§ $VJù=Ïãur öÏÿøî$$sù tûïÏ%©#Ï9 (#qç/$s? (#qãèt7¨?$#ur y7n=Î6y öNÎgÏ%ur z>#xtã ËLìÅspgø:$# ÇÐÈ
7. (malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
ãNÎgÏ%ur ÏN$t«Íh¡¡9$# 4 `tBur È,s? ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# 7ͳtBöqtƒ ôs)sù ¼çmtF÷H¿qu 4 šÏ9ºsŒur uqèd ãöqxÿø9$# ÞOŠÏàyèø9$#
Dan kata quu dalam Q.S at-Tahrim:6
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Kesemuanya mengandung pengertian wiqaayah: menjaga dari  sakit (neraka).
Kata Waqaa, yaqi juga menurunkan kata Tawaqqaa dan Ittaqaa yang berarti takut kepada sesuatu3) Dan al-Qur’an menggunakan derevasi kata ini untuk menyatakan salah satu hasil dari proses yang ditempuh dalam rangka upaya menjaga diri dan keluarga dari api neraka seperti yang diperintahkan dalam surat at-Tahrim ayat 6.
Setidaknya al-Qur’an menggunakan derevasi kata waqaa untuk menjelaskan:
Sifat-sifat orang yang bertakwa: Q.S 2:3, 2:4, 3:115, 7:201, 8:34, 22:32, 23:57, 23:61, 49:3, 53:32
Jalan takwa: 2:21, 2:63, 2:177, 2:179, 2:183, 2:187, 7:171
Mengagungkan syi'ar Allah tanda ketakwaan hati: 5:2, 22:30, 22:32, 22:36, 22:37
Kedudukan Wiqaayah dalam Konsep Pendidikan Islam
Terkait dengan Ayat 6 Surat at-Tahrim Abuddin Nata mengutip penjelasan al Maroghi bahwa didalam ayat tersebut terdapat kata quu anfusakum yang berarti buatlah sesuatu yang menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara menjauhkan dari perbuatan maksiat4).
4) Dr.H.Abuddin Nata, MA, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al Tarbawy),
     (Jakarata: PT RajaGrafindo Persada, cet.5, 2012)

 
3) Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia,  (Jakarata: YPPQ,1973), h.505.
 
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Umar berkata: "Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?" Rasulullah SAW. menjawab: "Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepadanya.
Keterangan ayat di atas menunjukkan bahwa Islam menyerukan kepada orang tua untuk memikul tanggung jawab terhadap anak-anak mereka. Islam telah membebani para bapak dan ibu suatu tanggung jawab yang sangat besar di dalam mendidik anak-anak dan mempersiapkan mereka dengan persiapan yang sempurna untuk menanggung beban hidup mereka.  Berkaitan dengan itu, Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa bagaimanapun bapak itu menjaga anak dari api neraka lebih utama dari pada menjaganya dari api dunia. Untuk itu menurut Imam Al-Ghazali sang orang tua (keluarga) harus memberikan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya agar terhindar dari apa yang diterangkan Al-Qur’an tersebut. (Al-Ghazali, 1964: 193).
Pendapat Imam Al-Ghazali tentang keharusan keluarga memberikan pendidikan akhlak tersebut sejalan dengan keterangan yang bersumber dari Rasulullah SAW dalam sabdanya:
عَلِّمُوْا أَوْلاَدَكُم وَأَهْلِيْكُمُ الْخَيْرَ وَأَدِّبُوْهُمْ
Artinya: “Ajarkanlah kebaikan (etika dan moral) kepada anak-anak kamu (laki-laki dan perempuan) dan keluargamu (isteri atau suami) dan didiklah mereka (pendidikan, olah pikir).” (Hadis Riwayat Abdur Razzaq dan Sa'id Ibn Mansur)
Lihat juga Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak, hlm. 20-21).

Berkaitan dengan pendidikan akhlak (ta’dib) dalam keluarga, Imam Al-Ghazali, menilai bahwa anak adalah amanah Allah yang harus melakukan tarbiyah, yakni menjaga dan mendidik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan di dunia ini bagaikan sebuah mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk amanat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan berakhlak mulia. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada orang tuanya akan tampak sekali. Kedekatan ayah ibu (orang tua) dengan anak, jelas memberikan pengaruh yang paling besar dalam proses tarbiyah (pembentukan) akhlak, dibanding pengaruh yang diberikan oleh komponen pendidikan lainnya. Karena ikatan ibu bapak dengan putera puterinya adalah lebih kuat daripada ikatan persaudaraan dan ikatan lainnya. (Al-Ghazali, 1964: 128). 
Lebih spesifik, di dalam Ihyā’ Ulūmuddīn pada bahasan tentang ta’lim (melatih) budi pekerti yang baik pada anak Imam Al-Ghazali mengatakan: “Ketahuilah, bahwa cara melatih anak itu sangat penting dan amat perlu. Anak adalah mutiara yang sangat berharga bagi kedua orang tuanya. Hati yang suci adalah mutiara yang sangat berharga, halus, dan bersih dari ukiran dan gambaran. Ia menerima semua yang diukir padanya. Dan terpengaruh kepada semua yang dipengaruhkan padanya.” (Al-Ghazali, 1964: 198).   
Imam Al-Ghazali sangat menganjurkan agar dalam pembinaan akhlak anak dilakukan dengan cara latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwa dan akalnya. Oleh karena pembiasaan dan latihan akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat. Akhirnya tidak tergoyahkan karena telah masuk menjadi bagian dari kepribadian. Sehingga Imam Al-Ghazali menyatakan: “Jika anak itu sejak tumbuhnya sudah dibiasakan dan diajari yang baik-baik, maka nantinya ketika ia mencapai usia baligh tentulah ia akan dapat mengetahui rahasianya yakni mengapa perbuatan yang tidak baik itu dilarang oleh ayah (orang tua).” (Al-Ghazali, 1964: 193). 
Dalam rangka mencapai hasil pendidikan yang maksimal, al-Qur’an menawarkan konsep pendidikan seperti dalam Q.S. Luqman/31:12-19 :
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ   øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ   $uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ   bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ   ¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ   ¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ   Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ   ôÅÁø%$#ur Îû šÍô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎŽÏJptø:$# ÇÊÒÈ
12. Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Menurut Abuddin, dalam ayat tersebut terdapat komponen pendidikan diantaranya: Pertama, komponen pendidik yang dalam hal ini adalah kedua orangtua (Luqman) sebagai kepala keluarga. Kedua, komponen anak didik dalam hal ini adalah putera Luqman sendiri. Ketiga, komponen lingkungan dimana pendidikan tersebut berlangsung dalam hal ini adalah lingkungan keluarga. Keempat, komponen materi (kurikulum) pendidikan yang mencakup aqidah, menjauhkan syirik; akhlak mulia dengan memuliakan orangtua, mendirikan sholat, beramar ma’ruf nahi munkar, bersikap tabah, menjauhkan sombong, bersikap rendah hati dsb. Kelima, komponen hubungan, pendekatan dalam proses belajar mengajar, yang dalam hal ini mengembangkan pola hubungan yang demokratis, menghargai pendapat orang lain, manusiawi, berorientasi pada kebenaran ilmiyah dan profesional. Keenam, komponen metode yang dalam hal ini menggunakan metode ceramah (mau’idzah) dan perintah.

WIQAAYAH SEBAGAI MOTIASI
Kandungan Surat at-Tahrim ayat 6 yang memerintahkan dengan tegas agar setiap mukmin berupaya memelihara diri dan keluarga dari api neraka, memotiasi para mukmin untuk saling mencari dan memberi pengetahuan terutama perihal bagaimana melaksanakan pendidikan. Mengetahui materi dan metode pendidikan merupakan sebuah kebutuhan.
Mencari dan memberi pengetahuan akan menjadi tuntutan agar proses pendidikan mencapai hasil yang maksimal, yang diantaranya adalah terbentuknya pribadi yang sempurna baik sebagai abidullah sekaligus khalifah fil ardh.
* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S at-Taubah/9:122)

Oleh karenanya, penguasaan pengetahuan tidak hanya akan menghindarkan dan mejaga diri dan keluarga dari siksa api neraka, melainkan juga akan terangkat derajat kemanusiaannya:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S al-Mujadalah/58:11)









DAFTAR PUSTAKA
1.      Abdullah, M. Amin, Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam, alih bahasa Hamzah, Bandung: Mizan, 2002.
2.      Al-Ghazali, Abu Hamid,  Ihyā' Ulūmuddīn, Jilid III dan IV, alih bahasa Ismail Ya'kub, Surabaya: Faisan, 1964.
3.      Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, cet. I Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 1999.
4.      Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawy), Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet.5, 2012.
5.      Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak dalam Islam, alih bahasa Jamaluddin Miri, Cet. ke-3, Jakarta: Pustaka Amani, 2002.
6.      Zainuddin dkk., Seluk-Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
















KENAPA KATA WIQAAYAH
DIJADIKAN MAKNA PENDIDIKAN ISLAM?

Tugas Terstruktur Ujian Tengah Semester II
Mata Kuliah Tafsir Tarbawy
Dosen Pengampu : Dr. H. Slamet Firdaus, MA


iain


 

 

 

 



Disusun oleh :

ABDUL GHOFAR -  NIM: 1412170160

 

 

 

 



program dms fakultas tarbiyah

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar