Kamis, 18 April 2013

Konsep Pendidikan Islam dalam Perpektif Tafsir


KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF TAFSIR
A.     PENDAHULUAN
Dewasa ini masih kita jumpai para muballigh yang menggunakan dalail pendidikan, seperti Q.S al-Alaq/96:1
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ  
Atau menggunakan ayat 6 surat (66) at-Tahrim
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
Benar bahwa ayat ayat tersebut memiliki korelasi dengan pendidikan. Namun apakah kalimatnya tepat mewakili kata pendidikan secara kontekstual, hal itu memerlukan kaji ulang.
Penggunaan kata yang kurang tepat dalam bahasa arab akan mengakibatkan perbedaan konsep. Oleh karena itu diperlukan pemilihan dalil yang tepat untuk mewakili kata ‘pendidikan’ dalam bahasa arab., sehingga akan ditemukan konsep pendidikan secara tepat menurut al-Qur’an (Islam).
Dr. H.I.Shofjan Taftazani, M.Pd. dan Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. Dalam tulisannya berjudul KONSEP TARBIYAT (PENDIDIKAN) DALAM AL-QURAN (Sebuah Kajian Semantis Berdasar Ayat-ayat Quran) menyatakan bahwa Naquib al-Atas seperti dikutip Ramayulis (1994: 2-3) berpendapat. di dalam Islam ada dua istilah yang dipakai untuk makna pendidikan, yaitu tarbiyah dan ta'dib. Tarbiyah secara semantik tidak khusus ditujukan untuk mendidik manusia, tetapi dapat dipakai kepada spesies lain seperti mineral, tanaman dan hewan. Sedangkan ta'dib mengacu pada pengertian ('ilm), pengajaran (ta'lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Jadi, tarbiyah dalam konsep Naquib ini hanya salah satu sub sistem dari ta'dib.

Perbedaan konsep tarbiyah di kalangan para ulama ini perlu dikaji melalui pendekatan semantis (kebahasaan), karena perbedaan konsep yang digunakan akan sangat berpengaruh kepada implikasi dan implementasinya.



B.      MAKNA PENDIDIKAN ISLAM
Seperti yang dilansir dalam http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertianpendidikan-islam/ Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Dr. Rahmat Rosyadi (Dosen Pascasarjana UIKA Bogor) postingan Friday, 05 October 2012 05:45 Pengertian pendidikan,[1] dalam konteks pendidikan Islam sinonim dengan kata tarbiyah, ta’dib,dan ta’lim. Namun secara umum kata tarbiyah sering digunakan untuk pengertian pendidikan Islam. Menurut H. Ramyulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, “dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyat, namun terdapat istilah lain yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murabby, yurbydan rabbany. Dalam al-Sunnah ditemukan kata rabbaniy”.[2] Abul A’la al-Maududi, seperti dikutif  Ramayulis berpendapat, bahwa kata rabbun (raba) terdiri dari dua  huruf “ra” dan “ba” tasydid. Kedua kata itu  merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti “pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya”. Kata tersebut juga memiliki beragam arti antara lain: “kekuasaan, perlengkapan, pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain”. [3] Mushtafa al-Maraghy, menyatakan kata itu merupakan predikat bagi suatu “kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan”.[4]

Berdasarkan semua uraian diatas, abdurrahman an-Nahlawi (1989:32-33) menarik kesimpulan asasi dalam memahami makna pendidikan, yaitu: Pertama, pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan dan obyek. Kedua, secara mutlak, pendidik yang sebenarnya hanyalah Allah, Pencipta fitrah dan Pemberi berbagai potensi. Dialah Yang memberlakukan hukum dan tahapan perkembangan serta interaksinya, dan hukum-hukum untuk mewujudkan kesempurnaan kebaikan serta kebahagiaan.
Ketiga, Pendidikan menuntut adanya langkah-langkah yang secara bertahap harus dilalui oleh berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan urutan yang telah disusun secara sistematis. Anak melakukan itu fase demi fase.  Keempat, kerja pendidik harus mengikuti aturan penciptaan dan pengadaan yang dilakukan oleh allah, sebagaimana harus mengikuti syara’ dan Din Allah.
a.      Makna Etimologi
Tatang Syaripudin (landasan Pendidikan: 44) mengemukakan pendapat Abdurrahman-Nahlawi (1989) yang menyatakan bahwa menurut kamus bahasa Arab, lafal at-Tarbiyah berasal dari tiga kata: (1) rabba yarbu ribaan, artinya bertambah dan tumbuh; (2) rabiya yarba dengan wazan khafiya yakhfa, artinya: menjadi besar; (3) rabba yarubbu dengan wazan madda yamuddu, yang artinya: memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Sedangkan menurut kamus Bahasa Arab-Indonesia karya Prof. DR. Mahmud Yunus karta rabba yarubbu robban artinya mengasuh, memimpin.
Dalam Al-Qur’an kata tarbiyah dengan bentuk deriasinya terulang sebanyak 952 kali, yang terbagi menjadi dua bentuk:
(a)   Bentuk isim fail (rabbaani) terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 79. Bentuk ini terulang sebanyak 3 kali yang semuanya berbentuk jamak (plural) (rabbaaniyyiin/rabbaaniyyuun) yang juga mempunyai relasi dengan kata mengajar (ta’lim) dan belajar (tadris).
(b)   Bentuk masdar (rabb), terulang dalam al-Qu’an sebanyak 947 kali, empat kali berbentuk jamak (arbaab), satu kali berbentuk tunggal, dan selebihnya diidiomatikkan dengan isim (kata benda) sebanyak 141 kali yang mayorotas dikontekskan dengan alam, selebihnya dikontekskan dengan masalah Nabi, manusia, sifat Allah dan ka.bah.
(c)    Berbentuk kata kerja (rabba). Bentuk ini dalam al-Qur’an terulang sebanyak 2 kali yaitu terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 24 dan surat al-Syu’ara ayat 18

b.      Makna Terminologi
An Nahlawi mengemukakan bahwa beberapa pengkaji telah menyusun definisi pendidikan dari ketiga asal kata diatas, Imam al-Baidlawi (wafat 685H) di dalam tafsirnya “Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil” menyatakan: “Makna asal ar-Rabb adalah at-Tarbiyah, yaitu: menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Kemudian kata itu dijadikan sifat Allah swt sebagai mubalaghah (penekanan).
Disamping itu ar-Raghib al-Asfahani (wafat 502 H) menyatakan bahwa: “makna asal ar-Rabb adalah at-Tarbiyah, yaitu memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna”.

Dari ketiga asal kata at-Tarbiyah, Abdurrahman al-Bani menyimpulkan, bahwa pendidikan (at-Tarbiyah) terdiri atas empat unsur, yaitu:
(1)   Menjaga dan memelihara
(2)   Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam
(3)   Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang layak
(4)   Proses itu dilaksanakan secara bertahap, sebagaimana diisyaratkan oleh al-Baidlawi dan ar-Raghib dengan “sedikit demi sedikit”.
Dalam al-Qur’an, penunjukan kata al-tarbiyah, yang merujuk pada pengertian pendidikan secara implisit tidak ditemukan. Penunjukannya pada pengertian pendidikan hanya dapat dilihat dari istilah lain yang seakar dengan kata al-tarbiyah, yang antara lain dapat dipahami dengan merujuk firman Allah dalam surat al-Isra’/17:24
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".


Fahr al-Razy, mengartikan term “rabbayani” sebagai bentuk pendidikan Islam arti luas. Term tersebut bukan saja menunjukkan makna pendidikan yang bersifat ucapan (domain kognitif), tetapi juga meliputi pendidikan pada aspek tingkah laku (domain afektif). Demikian pula Sayyid Quthb, menafsirkan term tersebut sebagai upaya pemeliharaan jasmaniah peserta didik dan membantunya, menumbuhkan  kematangan sikap mental sebgai pancaran akhlak al-karimah pada diri peserta didik.Dari pandangan di atas memberikan pengertian bahwa term al-tarbiyah mencakup semua aspek pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Baik yang mencakup aspek jasmaniah, maupuin rohaniah secara harmonis, sehingga akan terbina kemashlahatan umat manusia itu sendiri. Senada dengan itu, menurut an-Nalawiy kata al-tarbiyah mengandung dua makna, yaitu merupakan proses transformasi sesuatu sampai pada batas kesempurnaan (kedewasaan), dan pelaksanaannya secara bertahap.

Dari penjabaran muatan makna yang diisyaratkan oleh istilah al-Tarbiyah, berarti pendidikan yang ditawarkan haruslah berproses, terencana, sistematis, memiliki sasaran yang ingin dicapai, ada pelaksana (pendidik), serta memiliki teoroteori tertentu. Bila demikian, pesan yang dimuat dalam term al-Tarbiyah cukup cocok dipakai dalam menunjuk pada pengertian “pendidikan Islam” karena telah mencakup semua domonan kognitif, afektif, psikomotorik.

C.      KOSA KATA YANG SEMAKNA DENGAN TARBIYAH
1.      Ta’lim
Al-Rasyid dan Syamsul Nizar (2005) mengemukakan bahwa istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat uniersal dibanding dengan at-Tarbiyah. Rasyid Ridla, misalnya mengartikan at-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa indiidu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Argumentasinya didasarkan pada ayat al-Qur’an, yaitu Q.S Al-Baqarah/2:151
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.tãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ  

151. Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Sehubungan dengan ayat tersebut, menurut Abdul Fattah Jalal (1988), bahwa Islam memandang proses ta’lim lebih uniersal daripada tarbiyah. Sebab, ketika mengajarkan tilawatul Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah saw. tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca saja, melainkan ‘membaca dengan perenungan’ yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggungjawab dan penanaman amanah. Dari membaca semacam ini, Rasul membawa mereka kepada tazkiyah (pensucian) yaitu pensucian dan pembersihan diri manusia dari segala bentuk kotoran, dan menjadikan diri itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.
Dengan mengacu pada Q.S. al-Isra/17:25
ö/ä3š/§ ÞOn=÷ær& $yJÎ/ Îû ö/ä3ÅqàÿçR 4 bÎ) (#qçRqä3s? tûüÅsÎ=»|¹ ¼çm¯RÎ*sù tb%Ÿ2 šúüÎ/º¨rF|Ï9 #Yqàÿxî ÇËÎÈ  
25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.

Dan Q.S. as-Syura/26:18
tA$s% óOs9r& y7În/tçR $uZŠÏù #YÏ9ur |M÷WÎ6s9ur $uZŠÏù ô`ÏB x8̍çHéå tûüÏZÅ ÇÊÑÈ   
18. Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama Kami beberapa tahun dari umurmu.

Abdul Fattah Jalal menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Tarbiyah ialah proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan manusia, atau menurut istilah yang kita gunakan dewasa ini adalah fase bayi dan kanak-kanak. Penggunaan kata Tarbiyah pada ayat pertama menunjukkan, bahwa pendidikan pada fase ini menjadi tanggungjawab keluarga. Orangtua bertanggungjawab mengasuh dan mengasihi anak yang masih kecil dan berada dalam situasi ketergantungan. Adapun ta’lim lebih luas dari pendidikan pada fase kanak-kanak. Ta’lim merupakan suatu proses yang harus terus menerus diusahakan manusia sejak dilahirkan. Sebab manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, seperti firman Allah dalam Q.S. an-Nahl/16:78
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Selain itu dijelaskan pula bahwa ta’lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka prasangka atau yang lahir dari taklid semata, ataupun cerita chayal dan dongengan dusta. Bahkan pemusatan kepada pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan dan menyuruh orang lain untuk melaksanakannya –padahal ia sendiri tidak merealisasikan kaidah-kaidah perilaku yang terkandung dalam pengetahuan itu- menandakan kekurangan penguasaan ilmu yang bersangkutan. Ta’lim meliputi berbagai ilmu pengetahuan (teoritis dan praktis), berbagai keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya, serta pedoman perilaku yang baik.1
Kecenderungan Abdul fattah Jalal sebagaimana dikemukakan diatas, didasarkan pada argumentasi bahwa manusia pertama yang mendapatkan pengajaran langsung dari Allah adalah nabi Adam a.s. Hal ini secara tersirat dalam Q.S. al-Baqarah/2:31
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa penggunaan kata ‘allama untuk memberikan pengajaran kepada Adam a.s memiliki nilai lebih yang sama sekali tidak dimiliki para malaikat.
Dari seluruh keterangan diatas, jelas bahwa menurut konsep islam, istilah ta’lim lebih luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya daripada kata tarbiyah yang khusus berlaku bagi anak kecil. Namun demikian dapat dipahami dalam konteks ini bahwa pendidikan hendaknya diarahkan agar seseorang (peserta didik) dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.

2.      Tadris
Dari kata darrosa yudarrisu tadriisan artinya: mempelajari, mengajarkan dirosah berarti pelajaran, isim fa’ilnya mudarris artinya: pengajar (Mahmud Yunus hal 126).
Dalam al_Qur’an tidak terdapat kalimat yang menggunakan kata darrasa/tadris tetapi ada beberapa ayat menggunakan kata darasa yadrusu yang bersumber dari kata dirasah seperti dalam Q.S al-An’am/6:105 dan ayat 156:
šÏ9ºxx.ur ß$ÎhŽ|ÇçR ÏM»tƒFy$# (#qä9qà)uÏ9ur |MóuyŠ ¼çmuZÍhŠu;ãYÏ9ur 5Qöqs)Ï9 šcqßJn=ôètƒ ÇÊÉÎÈ  
105. Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang musyrik mengatakan: "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari ahli Kitab)", dan supaya Kami menjelaskan Al Quran itu kepada orang-orang yang mengetahui.

br& (#þqä9qà)s? !$yJ¯RÎ) tAÌRé& Ü=»tGÅ3ø9$# 4n?tã Èû÷ütGxÿͬ!$sÛ `ÏB $uZÎ=ö7s% bÎ)ur $¨Zä. `tã öNÍkÉJy#uÏŠ šúüÎ=Ïÿ»tós9 ÇÊÎÏÈ  
156. (kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: "Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum Kami, dan Sesungguhnya Kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.

Atau dalam Q.S Saba/34:44:
!$tBur Nßg»oY÷s?#uä `ÏiB 5=çGä. $pktXqßâôtƒ ( !$tBur !$oYù=yör& öNÍköŽs9Î) y7n=ö7s% `ÏB 9ƒÉ¯R ÇÍÍÈ  

Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun.


3.      Wiqoyah
Asal katanya adalah waqaa yaqii wiqayatan artinya: memelihara (dari kesakitan). (Mahmud Yunus : 505)
Al-Qur’an menggunakan kata waqaa dalam Q.S al-Mukmin:45, at-Thur:18, ad-Dukhon:56 dan surat ad-Dahr:11; Kata taqiy dalam Q.S al-Mukmin:9 dan Nuh:81; Dan kata quu dalam Q.S at-Tahrim:6; serta kata qi dalam al Baqarah:201, al-Mukmin:7 dan 9; Kesemuanya berasal dari kata wiqayah.
(dari Kitab Fathurrahman)

4.      Dakwah
Berasal dari kata da’aa yad’uu da’watan yang artinya: menjamu, mengajak. Ada juga kata da’watun artinya: seruan, panggilan, ajakan, jamuan. Al-Qur’an menggunakan kalimat ini dalam beberapa ayat diantaranya Q.S Nuh/71:5-8
tA$s% Éb>u ÎoTÎ) ßNöqtãyŠ ÍGöqs% Wxøs9 #Y$ygtRur ÇÎÈ   öNn=sù óOèd÷ŠÌtƒ üÏä!%tæߊ žwÎ) #Y#tÏù ÇÏÈ   ÎoTÎ)ur $yJ¯=à2 öNßgè?öqtãyŠ tÏÿøótGÏ9 óOßgs9 (#þqè=yèy_ ÷LàiyèÎ6»|¹r& þÎû öNÍkÍX#sŒ#uä (#öqt±øótGó$#ur öNåku5$uŠÏO (#rŽ|Àr&ur (#rçŽy9õ3tFó$#ur #Y$t6õ3ÏGó$# ÇÐÈ   ¢OèO ÎoTÎ) öNåkèEöqtãyŠ #Y$ygÅ_ ÇÑÈ  
5. Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,
6. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).
7. Dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
8. Kemudian Sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan.

Kata yad’u lainnya yang bermakna seruan juga terdapat dalam Q.S al-Baqarah:221; dan yang bermakna permohonan terdapat dalam Q.S al-Baqarah:176

5.      Tahdzib
Dari kata hadzzaba yang bermakna: mendidik, memelihara; hadzzabahu, tahdziiban artinya: mensucikan akhlaknya daripada aib; tahadzzab artinya: terdidik, terpelihara dengan baik atau yang yang beradab sopan; muhadzzab, mutahadzziba artinya: yang suci dari aib. (Mahmud Yunus : 480)
Tahdzib bermakna membersihkan, membetulkan, memperbaiki agar terhindar dari hal-hal yang tidak perlu, dan membersihkan yang sudah ada. Aziz Salim mendefinisikan  tahdzib  dengan pembinaan akhlak, perbaikan prilaku, pembangkitan nurani, penajaman cita-cita dan pendidikan kemauan atas asas-asas keIslaman, hingga akan terbentuk insan muslim yang sebenarnya. (Rosyidin, 2009: 23)

6.      Ta’dib
Ta’dib  dari kata adaba berarti budi pekerti yang baik, prilaku terpuji, sopan santun, melatih jiwa dan memperbagus akhlak; addaba artinya: memberi adab atau mendidik. Dengan kata lain ta’dib berarti pendidikan adab, akhlak, etika, prilaku. (Rosyidin, 2009: 24)
Kata ta’dib secara etimologis adalah bentuk masdar yang berasal dari kata “addaba”, yang artinya membuat makanan, melatih dengan akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik.
Menurut al-Naqaid, al-Attas, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
Dalam pengertian ta’dib di atas bahwasannya pendidikan dalam pespektif Islam adalah usaha agar orang mengenali dan mengetahui sesuatu sistem pengajaran tertentu. Seperti halnya dengan cara mengajar, dengan mengajar tersebut individu mampu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, misalnya seorang pendidik memberikan teladan atau contoh yang baik agar ditiru, memberikan pujian, dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan, dengan adanya konsep ta’dib tersebut maka terbentuklah seorang Individu yang muslim dan berakhlak.            Dalam konsep ta’dib mengandung tiga unsur, yaitu : pengembangan iman, pengambangan ilmu, pengembangan amal. Hubungan antara ketiga sangat penting karena untuk tujuan pendidikan juga. Iman merupakan suatu pengakuan terhadap apa yang diciptakan Allah di dunia ini yang direalisasikan dengan ilmu, dan konsekuensinya  adalah amal. Ilmu harus dilandasi dengan iman, dengan iman maka ilmu harus mampu membentuk amal karena ilmu itu harus diamalkan kepada orang yang belum mengetahuinya, dengan terealisasikannya unsur tersebut maka akan terwujudnya tujuan

Istilah-istilah itu jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak, pengajaran atau nasihat (mau’idzah) yang diisyaratkan Q.S Lukman/31:13
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ  
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

D.     KARAKTERISTIK TARBIYAH DIBANDING DENGAN KATA LAINNYA
Dalam litelatur bahasa arab, selain kata tarbiyah terdapat empat kata lain yang sering kali diartikan pendidikan atau pengajaran; ta’lim, tadris, tahdzib, dan ta’dib. Tarbiyah merupakan pendidikan menyeluruh terhadap manusia yang meliputi; jasmani, akal, akhlak, sosial, emosional, estetika dan lain sebagainya,  tarbiyah juga berlangsung secara kontinu. (Rosyidin, 2009:20)
Taftazani berpendapat bahwa tarbiyat itu murabbinya adalah Allah dan manusia termasuk di dalamnya Rasul. Objek tarbiyat Allah menunjukkan cakupan menyeluruh (seluruh alam), seperti yang diisyaratkan dalam Q.S al-Fatihah/1:2; sedangkan objek bagi manusia/Rasul dapat digunakan bagi manusia semua tingkat usia, binatang, dan kekayaan. Ini menunjukkan bahwa tarbiyat penekannya pada pengembangan individu dan menunjukkan bahwa objek yang ditarbiyat tidak disebut / bersifat kompleks.

Al-Maragi (1974, 1: 30) membagi tarbiyah dalam dua kategori;
Tarbiyah Allah terhadap manusia terdapat dua; (1) tarbiyah khalqiyyah, yang berupa pertumbuhan anggota badan, hingga mencapai kematangan, juga berupa bertambah kuat psikis dan akal. (2) tarbiyah diniyyah tahdzibiyyah, berupa sesuatu yang diilhamkan kepada beberapa individu, untuk menyampaikan kepada setiap manusia sesuatu yang dapat menyempurnakan akal pikiran dan membersihkan diri-diri mereka. Manusia tidak bisa mensyariatkan suatu beribadah, tidak pula menghalalkan sesuatu dan mengharamkan yang lainnya kecuali atas izin Allah SWT.

Ta’lim  lebih menekankan pada aspek kognitif dan keterampilan, secara bahasa  ta’lim  semakna dengan  al-i’lam, yakni pemberitahuan informasi. Proses  ta’lim  dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat diingat atau dengan latihan yang terus menerus. Ta’lim  tidak menuntut lebih dari guru yang melaksanakan pengajaran, peserta didik hanya harus memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan guru. (Rosyidin, 2009: 20-21)
Jika Mu’allimnya adalah Allah maka subyeknya manusia, sedangkan jika muallimnya manusia, maka obyeknya bisa manusia dan bisa juga hewan, seperti yang tersirat dalam Q.S al-Maidah/5:4

Tadris merupakan bentuk masdar dari darasa- yadrusu, yang berarti membaca dengan terus-menerus, berulang-ulang agar dihapal. Selanjutnya  tadris  diartikan mengajar. Proses  tad’ris  memiliki beberapa tahapan; membacakan, membicarakan, menjelaskan, mengimlakan, menulis, membandingkan, menganalisis, menilai dan menyimpulkan. (Rosyidin, 2009: 22). Sehingga Tadris lebih berarti metode ta’lim.

Ta’dib adalah kegiatan antar manusia dengan tujuan mengarahkan mutaaddib agar memiliki akhlak yang terpuji. Ta’dib adalah salah satu target ta’lim.

Tahdizb merupakan upaya bimibingan menjaga atau memelihara mutahadzzib dari ‘kesakitan’ atau penyakit baik jasmani maupun ruhani.

Da’wah adalah kegiatan ta’lim yang bertujuan menyeru kepada kebaikan.
Sedangkan wiqayah adalah hasil dari semua konsep pendidikan islam.


E.      KESIMPULAN
Secara etimologis, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
Rabaa-yarbuu yg bermakna  berkembang.
Rabiya-yarbaa yg bermakna  tumbuh.
Rabba-yarubbu yg bermakna  memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).

Makna terminologis tarbiyah adalah sebagai berikut:
a)   proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
b)   kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
c)    menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
d)   proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.
e)   mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
f)     kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.

Tarbiyah terdiri atas
(1) Tarbiyah Khalqiyyat, yakni pembinaan dan pengembangan jasad, akal,
jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk, dan
(2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan Allah SWT.

Sedang arti tarbiyah secara istilah adalah:
1.    menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan pembentukannya.
2.    menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
3.    sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik.
4.    sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad.
5.    dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat dengan asas mencapai keridhaan Allah SWT.

Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam ini ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan Al-Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafad-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an.
kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, at-ta’dib, ad-da’wah maupun wiqayah menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam.
Kelima istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan dan bermuara pada aktifitas Mau’idzah dan mujadalah. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani.




Daftar Bacaan

Yunus, Mahmud., (2989), Kamus Arab-Indonesia, PT Mahmud Yunus Wadzuryah, Jakarta

Syaripudin, Tatang., (2012), Landasan Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Jakarta

Taftazani, Shofjan dan Abdurrahman, Maman., KONSEP TARBIYAT (PENDIDIKAN) DALAM AL-QURAN (Sebuah Kajian Semantis Berdasar Ayat-ayat Quran)

http://id.wikipedia.org/wiki/Tarbiyah Wikipedia bahasa Indonesia, dowload 25 Februari 2013 pukul 19.30



http://ljaniah.blogspot.com/2012/04/makna-tarbiyah-dalam-surat-al-fatihah-2.html Makna Tarbiyah Dalam Surat Al-Fatihah: 2, Al-Isra: 24 dan Asy-Syu'ara: 16
Postingan Selasa, 03 April 2012 oleh Siti Laela Janiah pukul 07.25, download 25 Februari 2013 pukul 21.30

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250937-pengertian-tarbiyah/ postingan 16 Januari 2012, dowload 27 Februari 2013 pkl. 21.25

http://perisadunia.blogspot.com/2012/11/mencari2-makna-tarbiyah islamiyah.html MONDAY, NOVEMBER 26, 2012download 27 Februari 2013 pukul 21.25

http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=409:konsep-dan-sistem-pendidikan-islam-1&catid=27:mengenal-ahmadiyah&Itemid=28 Dr. Rahmat Rosyadi (Dosen Pascasarjana UIKA Bogor) postingan Friday, 05 October 2012 05:45, download 27 Februari 2012 pkl 21.30