PENDAHULUAN
Fenomena perkembangan masyarakat, khususnya para remaja saat ini
semaikin kompleks, akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat. Banyak remaja dan pemuda yang menunjukkan prestasi yang luar
biasa, disamping banyak pula kasus kenakalan remaja, obat-obatan
terlarang dan kasus penyimpangan yang mudah pula bagi mereka untuk terperosok.
Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan unit yang seharusnya ada
disetiap lembaga pendidikan. Sebab upaya menghantarkan peserta didik menjadi
manusia seutuhnya membutuhkan peran dari berbagai pihak, guru saja tidak cukup. Dalam hal
ini konselor sangat diperlukan untuk itu. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dan
keterampilan mengenai bimbingan konseling semakin dibutuhkan oleh setiap guru
dan konselor. Melalui layanan bimbingan dan konseling, peserta didik memilki
kesempatan lebih besar untuk mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia.
Segala
sesuatu di dunia pasti mengalami perubahan dan perkembangan. Begitu pula dengan
bimbingan dan konseling.
Mulanya
masyarakat Yunani Kuno menekankan tentang upaya untuk mengembangkan dan
memperkuat individu melalui pendidikan, sehingga mereka dapat mengisi
peranannya di masyarakat. Mereka meyakini bahwa dalam diri individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasi ke arah tujuan-tujuan yang berguna,
bermanfaat, atau menguntungkan dirinya ataupun masyarakat. Itulah awal mula
pemikiran bimbingan dan konseling. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan
bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu kita perlu mengetahui sejarah
bimbingan dan konseling.
Dalam
perkembangannya bimbingan dan konseling mengalami perubahan paradigma, peran
dan fungsi juga perubahan sasaran bimbingan dan konseling. Mulanya bimbingan
dan konseling tidak terlalu memperhatikan kebutuhan anak atau siswa. Namun
dalam perkembangannya, banyak tokoh yang menjadikan anak atau siswa sebagai
sasaran bimbingan dan konseling mereka.
Dengan
mengetahui perkembangan bimbingan dan konseling serta perubahan-perubahan
paradigma yang terjadi, pembaca dapat mengetahui dimana mereka harus
menempatkan paradigma mereka. Selain itu, dalam perkembangannya ada pula
perkembangan teknik dan cara serta pengetahuan dalam bimbingan dan konseling.
Hal ini juga perlu diketahui oleh pembaca teruatama calon guru pembimbing
(konselor) untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
Selain perlu
mengetahui sejarah bimbingan dan konseling, masyarakat terutama pembaca perlu
mengetahui landasan bimbingan dan konseling. Karena bimbingan dan konseling
merupakan layanan kemanusiaan, pelaksanaannya selain harus berlandaskan pada
prinsip-prinsip dan asas-asas tertentu, juga harus mengacu kepada landasan
bimbingan dan konseling itu sendiri.
Agar pelaksanaan bimbingan dan
konseling tidak mengalami penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak,
khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan
penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para
konselor tampaknya menjadi mutlak adanya.
Pengertian Bimbingan Konseling
Dalam
mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan
konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun
demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa
bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan.
Menurut
Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan
diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga
dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara
Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat
mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam
Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan
dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi
tentang dirinya sendiri.
Konseling
adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa
depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi
untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat
belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones
(Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini
biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang
melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan
memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat
pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Konseling
Islami
Definisi Konseling Islam
Secara singkat bimbingan dirumuskan
sebagai berikut : Bimbingan Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Dengan demikian bimbingan islami
merupakan proses pemberian bantuan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya,
tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, Yakni Alquran dan
sunnah Rasul.
Bimbingan Islami merupakan proses pemberian
bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan , melainkan
sekedar membantu individu. Individu dibantu , dibimbing, dibimbing, agar mampu
hidup selaras dengan keetentuan dan petunjuk allah, maksudnya sebagai berikut :
1. Hidup selaras dengan
ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang ditentukan Allah (sesuai
dengan sunnahnya ) sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk allah.
2. Hidup selaras dengan
petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah
melalui RasulNya (ajaran Islam).
3. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti menyadari
eksitensi diri sebagai makhlu Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi
kepadaNya (mengabdi seluas-luasnya)
4. dengan menyadari eksistensinya sebagai makhluk allah yang demikian itu,
berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku yang tidak keluar
dari ketentuan dan petunjuk Allah, dengan hidup serupa itu, maka akan tercapai
kehidupan yang bahagia didunia dan akhirat.
Bimbingan dan koneseling sifatnya hanya
merupakan bantuan , hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisi
individu yakni sebagai orang yang dibimbing atau diberi konseling baik
perorangan maupun kelompok. Yakni mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya “
yang berarti mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya “ berarti mewujudkan
diri sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia untuk menjadi manusia yang
selaras dengan perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau
kedudukannya sebagai makhluk Allah , makhluk individu,, makhluk social, dan
sebagai makhluk berbudaya.
Dalam perjalanan hidupnya, karena
berbagai factor bimbingan dan konseling islami, manusia bissa dikehendaki yakni
menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain yang bersangkutan berhadapan dengan
masalah (Problem), yaitu menghadapai adannya kesenjangan antara yang seharusnya
ideal dengan senyatanya. Orang yang menghadapi masalah lebih-lebih jika berat ,
maka yang bersangkutan tidak merasa bahagia. Bimbingan dan konseling Islami
berusaha membantu individu agar bisa hidup bahagia bukan saja didunia tetapi
juga diakhirat kelak, tujuan akhir dari bimbingan dan konseling Islami adalah
kebahagian hidup didunia dan diakhirat.
3. Pengertian Bimbingan Konseling
Dari
semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut
konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta
dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga
individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan
yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Definisi Bimbingan Dan Konseling
Diantara
berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling
adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling
merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori
yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah mengenai konseling
dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psychology).
Kata konseling (counseling) berasal dari
kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya ”bersama”
atau ”bicara bersama”. Pengertian ”berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah
pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien
(Counselee). Dengan demikian counselium berarti, ”people coming together to
again an understanding of problem that beset them were evident”, yang ditulis
oleh Baruth dan Robinson (1987:2) dalam bukunya An Introduction to The
Counseling Profession.
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik
terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien
yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Pada
intinya Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system self klien sebagai
tujuan koseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan kliennya.
Ahli lain, Cormier (1979) lebih
memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka menegaskan
konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien.
Pietrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak
berbeda dengan rumusan sebelumnya, mengemukakan dengan singkat bahwa konseling
adalah proses yang melibatkan seorang profesional berusaha membantu orang lain
dalam mencapai pemahaman dirinya, membuat keputusan dan pemecahan masalah.
1. Konseling Sebagai Proses
Konseling sebagai proses berarti konseling
tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu
klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu
pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat
dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan.
2. Koseling
Sebagai Hubungan Spesifik
Hubungan antara konselor dan klien merupakan
unsur penting dalam konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik
dan berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan
hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara
positif tanpa syarat, dan empati.
3. Konseling adalah Membantu Klien
Hubungan konseling bersifat membantu
(helping). Membantu tetap memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi
dan mengatasi permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud
mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya.
4. Konseling
untuk Mencapai Tujuan Hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai
pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari perilaku adaptif, dan
belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya
membuat ”know about” tetapi juga ”how to” sejalan dengan kualitas dan
kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya adalah sejalan dengan tujuan
hidupnya yang oleh Maslow (1968) disebut aktualisasi diri.
Jones
dalam bukunya yang berjudul principeles of guidance, menyatakan bahwa anak
harus membuat pilihanya sendiri dan ia juga harus mampu memimpin diri sendiri
secara bijaksana . menurut jhones, kemampuan mengadakan pilihann dan
penyesuaian yang bijaksana tidak diperoleh dari pembawaan tetapi harus
dipelajari dalam proses perkembanganya.
Istilah guidance and counseling di Indonesia
mengalami pendistorsian makna menjadi penyuluhan atau nasihat. Tetapi dalam
praktek selanjutnya istilah penyuluan banyak digunakan oleh banyak bidang
semisal penyuluhan pertanian, penyuluhan bencana dll, yang sama sekali berbeda
makana dan artinya dengan counseling, maka untuk tidak terjadinya salah pemahaman,
istilah counseling tersebut langsung diserap menjadi konseling.
Mengenai kedudukan dan hubungan antara
bimbingan dan konseling terdapat banyak pendapat, salah satunya memandang
konseling sebagai teknik bimbingan. Dengan kata lain, konseling berada dalam
bimbingan . pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama memusatkan diri
pada pencegahan munculnya masalah sementara konseling memusatkan diri pada
pencegahan masalah yang dihadapi individu. Dalam pengertian lain, bimbingan
sifat atau fungsinya preventive, sementara konseling kuratif atau korektif.
Dengan demikian bimbingan dan konseling berhadapan dengan obyek garapan yang
sama, yaitu problem atau masalah.
Perbedaanya terletak pada titik berat
perhatian dan perlakuan terhadap masalah tersebut.
Sedangkan
obyek garapan masalah dalam bimbingan dan konseling adalah masalah-masalah
psikologis, bukan masalah-masalah fisik.
Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia
Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan
Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut
Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama
menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan
BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru
diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian
disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir
didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.
Perkembangan
bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa
ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk
mengabdi demi
kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan.
Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa
Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori
oleh K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya.
Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi
pelaksanaan bimbingan.
Dekade 40-an
Dalam
bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan
merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba
darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah
besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa
pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan
pada saat itu.
Dekade 50-an
Bidang
pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah
kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa
dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar
benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat
berprestasi.
Dekade 60-an
Beberapa
peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
Ø Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan
nasional
Ø Lahirnya
kurikulum SMA gaya Baru 1964
Ø Lahirnya
kurikulum 1968
Ø
Lahirnya jurusan
bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
Ø
Keadaan dia tas
memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan konseling disekolah.
Dekade 70-an
Dalam
dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas
sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada
pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
Pemerataan
kesempatan belajar,
Mutu, Relevansi,
dan Efisiensi.
Pada
dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional.
Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan
dimana bimbingan dan konseling.
Dekade 80-an
Pada
dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama
diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam
dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai
dengan menuju lepas landas.
Beberapa
upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
Ø Penyempurnaan
kurikulum
Ø Penyempurnaan
seleksi mahasiswa baru
Ø Profesionalisasi
tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
Ø Penataan
perguruan tinggi
Ø Pelaksnaan
wajib belajar
Ø Pembukaan
universitas teruka
Ø
Ahirnya Undang –
Undang pendidikan nasional
Beberapa
kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan
profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor,
legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan
yang berorientasi Indonesia, dsb.
Meyongsong
era Lepas landas
Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap
pembangunan yang ditandai dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan
sendiri khususnya dalam aspek ekonomi. Cirri kehidupan lepas landas ditandai
dengan keberadaan dan berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri,
maka cirri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri secara utuh dengan
tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional yang diharapkan
terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan – tekanan zaman baru yang
berdasarkan peradaban komunikasi informasi.
Bimbingan berdasarkan pancasila
Bimbingan
mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah
manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4
sebanyak 36 butir bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar
Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai
bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri
kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab yang
amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan
bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.
Sejarah bimbingan dan konseling di Dunia
Internasional
Sampai
awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan
konselor masih ditangani oleh para guru.
Gerakan
bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan
keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun
1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan
konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan
program bimbingan di sekolah tersebut.
Pada
waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini
diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Eli
Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan
membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite
tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan
kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan
kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang
produktif.
Frank
Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”.
Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan
membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara
ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley
(John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan
tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu menjadi sebagai berikut:
Vocational exploration :
Tahapan
yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja
Metting Individual Needs :
Tahapan
yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan
hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan
masalahnya sendiri.
Transisional Professionalism :
Tahapan
yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor
Situasional Diagnosis :
Tahapan
sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada
analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya
terpusat pada individu.
Di Amerika Serikat
Bimbingan
dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya suatu vocational bureau
tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan nama the
father of guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan
pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan
secara intelijensi denga memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi
dirinya.
Menurut
Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul “Techniques of
Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah
bimbingan diantaranya :
1.
Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Timbul
suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan
kondisi sosialnya. Geraka ini membantu vocational bureau Parsons dalam bidang
keungan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan
baik.
2. Agama
Para rohaniman berpandangan bahwa dunia adalah
dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.
3. Aliran
kesehatan mental
Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap
penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat
penyakit jiwa, pengobatan, dan pencegahannya, karna ada suatu kesadaran bahwa
penyakit ini bias diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan
ii mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan
kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantra anak-anak muda.
4. Perubahan dalam masyarakat
Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi,
perkembangan IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk
sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan
masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak
sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan
berhasil.
5. Gerakan mengenal siswa sebagai individu
Gerakan
ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di
sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya
secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara
individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrument
diantaranya tes psikologis dan pengukuran.
Daftar
Pustaka
2. Fakih Ainur Rahim. 2001.
Bimingan dan konseling dalam Islam, Jogjakarta;UII Pres
3. Gunawan Yusuf. 2001.
pengantar bimbingan Konseling, Jakarta;Gramedi pustaka utama.
4. Surya Muhammad,2003.
Psikologi Konseling, Bandung; Pustaka
Bani Quraisy
5. Latipun. 2006. Psikologi
Konseling. Malang: UMM Press
6. Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional
Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).
7. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.
(2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar