KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF TAFSIR
A.
PENDAHULUAN
Dewasa ini masih kita jumpai para muballigh yang
menggunakan dalail pendidikan, seperti Q.S al-Alaq/96:1
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ
Atau menggunakan ayat 6 surat (66) at-Tahrim
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR
6. Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
Benar bahwa ayat ayat tersebut memiliki korelasi
dengan pendidikan. Namun apakah kalimatnya tepat mewakili kata pendidikan
secara kontekstual, hal itu memerlukan kaji ulang.
Penggunaan kata yang kurang tepat dalam bahasa arab
akan mengakibatkan perbedaan konsep. Oleh karena itu diperlukan pemilihan dalil
yang tepat untuk mewakili kata ‘pendidikan’ dalam bahasa arab., sehingga akan
ditemukan konsep pendidikan secara tepat menurut al-Qur’an (Islam).
Dr.
H.I.Shofjan Taftazani, M.Pd. dan Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. Dalam
tulisannya berjudul KONSEP TARBIYAT (PENDIDIKAN) DALAM AL-QURAN (Sebuah
Kajian Semantis Berdasar Ayat-ayat Quran) menyatakan bahwa Naquib al-Atas
seperti dikutip Ramayulis (1994: 2-3) berpendapat. di dalam Islam ada dua
istilah yang dipakai untuk makna pendidikan, yaitu tarbiyah dan ta'dib. Tarbiyah secara semantik tidak khusus
ditujukan untuk mendidik manusia, tetapi dapat dipakai kepada spesies lain seperti mineral, tanaman
dan hewan. Sedangkan ta'dib
mengacu pada pengertian ('ilm), pengajaran (ta'lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Jadi, tarbiyah dalam
konsep Naquib ini hanya salah satu sub sistem dari ta'dib.
Perbedaan konsep tarbiyah di kalangan para ulama ini
perlu dikaji melalui pendekatan semantis (kebahasaan), karena perbedaan konsep
yang digunakan akan sangat berpengaruh kepada implikasi dan implementasinya.
B.
MAKNA PENDIDIKAN ISLAM
Seperti yang dilansir dalam http://bambumoeda.wordpress.com/2012/06/11/pengertianpendidikan-islam/ Prof.Dr.
Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam sebagai
proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan
alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan
sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
(Asy-Syaibany, 1979: 399)
Dr. Rahmat Rosyadi (Dosen Pascasarjana UIKA Bogor) postingan Friday, 05 October 2012 05:45 Pengertian pendidikan,[1] dalam konteks pendidikan Islam
sinonim dengan kata tarbiyah, ta’dib,dan ta’lim. Namun secara umum kata
tarbiyah sering digunakan untuk pengertian pendidikan Islam. Menurut H.
Ramyulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, “dalam al-Qur’an tidak
ditemukan kata al-tarbiyat, namun terdapat istilah lain
yang seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murabby, yurbydan rabbany. Dalam al-Sunnah ditemukan
kata rabbaniy”.[2] Abul A’la al-Maududi, seperti dikutif Ramayulis berpendapat, bahwa
kata rabbun (raba) terdiri dari dua huruf “ra” dan “ba” tasydid.
Kedua kata itu merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti “pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya”. Kata
tersebut juga memiliki beragam arti antara lain: “kekuasaan, perlengkapan,
pertanggungjawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain”. [3] Mushtafa al-Maraghy, menyatakan
kata itu merupakan predikat bagi suatu “kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan
kepemimpinan”.[4]
Berdasarkan semua uraian diatas, abdurrahman
an-Nahlawi (1989:32-33) menarik kesimpulan asasi dalam memahami makna
pendidikan, yaitu: Pertama, pendidikan
adalah proses yang mempunyai tujuan dan obyek. Kedua, secara mutlak, pendidik yang sebenarnya hanyalah Allah, Pencipta
fitrah dan Pemberi berbagai potensi. Dialah Yang memberlakukan hukum dan
tahapan perkembangan serta interaksinya, dan hukum-hukum untuk mewujudkan
kesempurnaan kebaikan serta kebahagiaan.
Ketiga, Pendidikan
menuntut adanya langkah-langkah yang secara bertahap harus dilalui oleh
berbagai kegiatan pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan urutan yang telah
disusun secara sistematis. Anak melakukan itu fase demi fase. Keempat, kerja pendidik harus mengikuti
aturan penciptaan dan pengadaan yang dilakukan oleh allah, sebagaimana harus
mengikuti syara’ dan Din Allah.
a.
Makna Etimologi
Tatang Syaripudin (landasan Pendidikan: 44)
mengemukakan pendapat Abdurrahman-Nahlawi (1989) yang menyatakan bahwa menurut
kamus bahasa Arab, lafal at-Tarbiyah berasal
dari tiga kata: (1) rabba yarbu ribaan, artinya
bertambah dan tumbuh; (2) rabiya yarba dengan
wazan khafiya yakhfa, artinya:
menjadi besar; (3) rabba yarubbu
dengan wazan madda yamuddu, yang
artinya: memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Sedangkan
menurut kamus Bahasa Arab-Indonesia karya Prof. DR. Mahmud Yunus karta rabba yarubbu robban artinya mengasuh,
memimpin.
Dalam Al-Qur’an kata tarbiyah dengan bentuk
deriasinya terulang sebanyak 952 kali, yang terbagi menjadi dua bentuk:
(a)
Bentuk isim fail
(rabbaani) terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 79. Bentuk ini terulang sebanyak 3
kali yang semuanya berbentuk jamak (plural) (rabbaaniyyiin/rabbaaniyyuun) yang
juga mempunyai relasi dengan kata mengajar (ta’lim) dan belajar (tadris).
(b)
Bentuk masdar
(rabb), terulang dalam al-Qu’an sebanyak 947 kali, empat kali berbentuk jamak
(arbaab), satu kali berbentuk tunggal, dan selebihnya diidiomatikkan dengan
isim (kata benda) sebanyak 141 kali yang mayorotas dikontekskan dengan alam,
selebihnya dikontekskan dengan masalah Nabi, manusia, sifat Allah dan ka.bah.
(c)
Berbentuk kata
kerja (rabba). Bentuk ini dalam al-Qur’an terulang sebanyak 2 kali yaitu
terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 24 dan surat al-Syu’ara ayat 18
b.
Makna Terminologi
An Nahlawi mengemukakan bahwa beberapa pengkaji
telah menyusun definisi pendidikan dari ketiga asal kata diatas, Imam
al-Baidlawi (wafat 685H) di dalam tafsirnya “Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil” menyatakan: “Makna asal ar-Rabb adalah at-Tarbiyah, yaitu: menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit
hingga sempurna. Kemudian kata itu dijadikan sifat Allah swt sebagai mubalaghah
(penekanan).
Disamping itu ar-Raghib al-Asfahani (wafat 502 H)
menyatakan bahwa: “makna asal ar-Rabb adalah
at-Tarbiyah, yaitu memelihara sesuatu
sedikit demi sedikit hingga sempurna”.
Dari ketiga asal kata at-Tarbiyah, Abdurrahman al-Bani menyimpulkan, bahwa pendidikan
(at-Tarbiyah) terdiri atas empat unsur, yaitu:
(1)
Menjaga dan
memelihara
(2)
Mengembangkan
seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam
(3)
Mengarahkan
seluruh fitrah dan potensi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan yang
layak
(4)
Proses itu
dilaksanakan secara bertahap, sebagaimana diisyaratkan oleh al-Baidlawi dan
ar-Raghib dengan “sedikit demi sedikit”.
Dalam al-Qur’an, penunjukan kata al-tarbiyah, yang merujuk pada pengertian pendidikan secara implisit tidak ditemukan. Penunjukannya pada pengertian pendidikan hanya dapat
dilihat dari istilah lain yang seakar dengan kata al-tarbiyah, yang antara lain dapat dipahami dengan merujuk
firman Allah dalam surat al-Isra’/17:24
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Fahr al-Razy, mengartikan
term “rabbayani” sebagai bentuk pendidikan Islam arti luas. Term tersebut bukan saja menunjukkan makna
pendidikan yang bersifat ucapan
(domain kognitif), tetapi juga meliputi pendidikan pada aspek tingkah laku (domain afektif). Demikian
pula Sayyid Quthb, menafsirkan term tersebut sebagai upaya pemeliharaan
jasmaniah peserta didik dan membantunya, menumbuhkan kematangan sikap
mental sebgai pancaran akhlak al-karimah pada diri peserta didik.Dari pandangan
di atas memberikan pengertian bahwa term al-tarbiyah mencakup semua aspek
pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Baik yang mencakup aspek jasmaniah,
maupuin rohaniah secara harmonis, sehingga akan terbina kemashlahatan umat manusia itu sendiri. Senada dengan itu, menurut an-Nalawiy
kata al-tarbiyah mengandung dua makna, yaitu merupakan proses transformasi sesuatu sampai pada batas kesempurnaan (kedewasaan),
dan pelaksanaannya secara bertahap.
Dari penjabaran muatan
makna yang diisyaratkan oleh istilah al-Tarbiyah, berarti pendidikan yang ditawarkan haruslah berproses,
terencana, sistematis, memiliki
sasaran yang ingin dicapai, ada pelaksana (pendidik), serta memiliki teoroteori tertentu. Bila demikian, pesan yang
dimuat dalam term al-Tarbiyah cukup cocok dipakai dalam menunjuk pada pengertian “pendidikan
Islam” karena telah mencakup
semua domonan kognitif, afektif, psikomotorik.
C.
KOSA KATA YANG SEMAKNA DENGAN TARBIYAH
1.
Ta’lim
Al-Rasyid dan Syamsul Nizar (2005) mengemukakan bahwa
istilah al-Ta’lim telah digunakan
sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini
lebih bersifat uniersal dibanding dengan at-Tarbiyah. Rasyid Ridla, misalnya
mengartikan at-Ta’lim sebagai proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa indiidu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu. Argumentasinya didasarkan pada ayat al-Qur’an, yaitu Q.S
Al-Baqarah/2:151
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
151. Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
Sehubungan dengan ayat tersebut, menurut Abdul
Fattah Jalal (1988), bahwa Islam memandang proses ta’lim lebih uniersal daripada tarbiyah.
Sebab, ketika mengajarkan tilawatul Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah
saw. tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca saja, melainkan
‘membaca dengan perenungan’ yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggungjawab
dan penanaman amanah. Dari membaca semacam ini, Rasul membawa mereka kepada tazkiyah (pensucian) yaitu pensucian dan
pembersihan diri manusia dari segala bentuk kotoran, dan menjadikan diri itu
berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta
mempelajari segala apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya.
Dengan mengacu pada Q.S. al-Isra/17:25
ö/ä3/§ ÞOn=÷ær& $yJÎ/ Îû ö/ä3ÅqàÿçR 4 bÎ) (#qçRqä3s? tûüÅsÎ=»|¹ ¼çm¯RÎ*sù tb%2 úüÎ/º¨rF|Ï9 #Yqàÿxî ÇËÎÈ
25. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika
kamu orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi
orang-orang yang bertaubat.
Dan Q.S. as-Syura/26:18
tA$s% óOs9r& y7În/tçR $uZÏù #YÏ9ur |M÷WÎ6s9ur $uZÏù ô`ÏB x8ÌçHéå tûüÏZÅ ÇÊÑÈ
18. Fir'aun menjawab:
"Bukankah Kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) Kami, waktu kamu
masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama Kami beberapa tahun dari umurmu.
Abdul Fattah Jalal menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Tarbiyah ialah proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama
pertumbuhan manusia, atau menurut istilah yang kita gunakan dewasa ini adalah
fase bayi dan kanak-kanak. Penggunaan kata Tarbiyah
pada ayat pertama menunjukkan, bahwa pendidikan pada fase ini menjadi
tanggungjawab keluarga. Orangtua bertanggungjawab mengasuh dan mengasihi anak
yang masih kecil dan berada dalam situasi ketergantungan. Adapun ta’lim lebih luas dari pendidikan pada
fase kanak-kanak. Ta’lim merupakan suatu proses yang harus terus menerus
diusahakan manusia sejak dilahirkan. Sebab manusia dilahirkan dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu apapun, seperti firman Allah dalam Q.S. an-Nahl/16:78
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.
Selain itu dijelaskan pula bahwa ta’lim tidak berhenti pada pencapaian
pengetahuan berdasarkan prasangka prasangka atau yang lahir dari taklid semata,
ataupun cerita chayal dan dongengan dusta. Bahkan pemusatan kepada pengetahuan
teoritis, mengulang kaji secara lisan dan menyuruh orang lain untuk melaksanakannya
–padahal ia sendiri tidak merealisasikan kaidah-kaidah perilaku yang terkandung
dalam pengetahuan itu- menandakan kekurangan penguasaan ilmu yang bersangkutan.
Ta’lim meliputi berbagai ilmu
pengetahuan (teoritis dan praktis), berbagai keterampilan yang dibutuhkan
manusia dalam kehidupannya, serta pedoman perilaku yang baik.1
Kecenderungan Abdul fattah Jalal sebagaimana
dikemukakan diatas, didasarkan pada argumentasi bahwa manusia pertama yang
mendapatkan pengajaran langsung dari Allah adalah nabi Adam a.s. Hal ini secara
tersirat dalam Q.S. al-Baqarah/2:31
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
31. Dan Dia mengajarkan
kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada
Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa penggunaan kata
‘allama untuk memberikan pengajaran
kepada Adam a.s memiliki nilai lebih yang sama sekali tidak dimiliki para
malaikat.
Dari seluruh keterangan diatas, jelas bahwa menurut
konsep islam, istilah ta’lim lebih
luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya daripada kata tarbiyah yang khusus berlaku bagi anak kecil. Namun demikian dapat
dipahami dalam konteks ini bahwa pendidikan hendaknya diarahkan agar seseorang
(peserta didik) dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam.
2.
Tadris
Dari kata darrosa
yudarrisu tadriisan artinya: mempelajari, mengajarkan dirosah berarti pelajaran, isim fa’ilnya mudarris artinya: pengajar (Mahmud Yunus hal 126).
Dalam al_Qur’an tidak terdapat kalimat yang
menggunakan kata darrasa/tadris tetapi ada beberapa ayat menggunakan kata
darasa yadrusu yang bersumber dari kata dirasah seperti dalam Q.S al-An’am/6:105
dan ayat 156:
Ï9ºxx.ur ß$Îh|ÇçR ÏM»tFy$# (#qä9qà)uÏ9ur |Móuy ¼çmuZÍhu;ãYÏ9ur 5Qöqs)Ï9 cqßJn=ôèt ÇÊÉÎÈ
105.
Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang
beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang musyrik mengatakan:
"Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari ahli Kitab)", dan supaya
Kami menjelaskan Al Quran itu kepada orang-orang yang mengetahui.
br& (#þqä9qà)s? !$yJ¯RÎ) tAÌRé& Ü=»tGÅ3ø9$# 4n?tã Èû÷ütGxÿͬ!$sÛ `ÏB $uZÎ=ö7s% bÎ)ur $¨Zä. `tã öNÍkÉJy#uÏ úüÎ=Ïÿ»tós9 ÇÊÎÏÈ
156. (kami
turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: "Bahwa kitab itu
hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum Kami, dan Sesungguhnya Kami
tidak memperhatikan apa yang mereka baca.
Atau dalam Q.S Saba/34:44:
!$tBur Nßg»oY÷s?#uä `ÏiB 5=çGä. $pktXqßâôt ( !$tBur !$oYù=yör& öNÍkös9Î) y7n=ö7s% `ÏB 9ɯR ÇÍÍÈ
Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka
kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus
kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun.
3.
Wiqoyah
Asal katanya adalah waqaa yaqii wiqayatan artinya: memelihara (dari kesakitan). (Mahmud
Yunus : 505)
Al-Qur’an menggunakan kata waqaa dalam Q.S al-Mukmin:45, at-Thur:18, ad-Dukhon:56 dan surat
ad-Dahr:11; Kata taqiy dalam Q.S
al-Mukmin:9 dan Nuh:81; Dan kata quu
dalam Q.S at-Tahrim:6; serta kata qi dalam
al Baqarah:201, al-Mukmin:7 dan 9; Kesemuanya berasal dari kata wiqayah.
(dari Kitab Fathurrahman)
4.
Dakwah
Berasal dari kata da’aa yad’uu da’watan yang artinya: menjamu, mengajak. Ada juga
kata da’watun artinya: seruan,
panggilan, ajakan, jamuan. Al-Qur’an menggunakan kalimat ini dalam beberapa
ayat diantaranya Q.S Nuh/71:5-8
tA$s% Éb>u ÎoTÎ) ßNöqtãy ÍGöqs% Wxøs9 #Y$ygtRur ÇÎÈ öNn=sù óOèd÷Ìt üÏä!%tæß wÎ) #Y#tÏù ÇÏÈ ÎoTÎ)ur $yJ¯=à2 öNßgè?öqtãy tÏÿøótGÏ9 óOßgs9 (#þqè=yèy_ ÷LàiyèÎ6»|¹r& þÎû öNÍkÍX#s#uä (#öqt±øótGó$#ur öNåku5$uÏO (#r|Àr&ur (#rçy9õ3tFó$#ur #Y$t6õ3ÏGó$# ÇÐÈ ¢OèO ÎoTÎ) öNåkèEöqtãy #Y$ygÅ_ ÇÑÈ
5. Nuh berkata: "Ya Tuhanku
Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,
6. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran).
7. Dan Sesungguhnya Setiap kali aku menyeru mereka
(kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka
ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
8. Kemudian Sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada
iman) dengan cara terang-terangan.
Kata yad’u lainnya yang bermakna seruan juga
terdapat dalam Q.S al-Baqarah:221; dan yang bermakna permohonan terdapat dalam
Q.S al-Baqarah:176
5.
Tahdzib
Dari kata hadzzaba
yang bermakna: mendidik, memelihara; hadzzabahu,
tahdziiban artinya: mensucikan akhlaknya daripada aib; tahadzzab artinya: terdidik, terpelihara dengan baik atau yang yang
beradab sopan; muhadzzab, mutahadzziba
artinya: yang suci dari aib. (Mahmud Yunus : 480)
Tahdzib bermakna membersihkan, membetulkan, memperbaiki agar
terhindar dari hal-hal yang tidak perlu, dan membersihkan yang sudah ada. Aziz
Salim mendefinisikan tahdzib dengan pembinaan akhlak,
perbaikan prilaku, pembangkitan nurani, penajaman cita-cita dan pendidikan
kemauan atas asas-asas keIslaman, hingga akan terbentuk insan muslim yang
sebenarnya. (Rosyidin, 2009: 23)
6.
Ta’dib
Ta’dib dari kata adaba berarti
budi pekerti yang baik, prilaku terpuji, sopan santun, melatih jiwa dan
memperbagus akhlak; addaba artinya:
memberi adab atau mendidik. Dengan kata lain ta’dib berarti
pendidikan adab, akhlak, etika, prilaku. (Rosyidin, 2009: 24)
Kata ta’dib secara etimologis adalah bentuk masdar yang berasal dari kata
“addaba”, yang artinya membuat makanan, melatih dengan akhlak yang baik, sopan
santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik.
Menurut al-Naqaid,
al-Attas, ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
Dalam pengertian ta’dib
di atas bahwasannya pendidikan dalam pespektif Islam adalah usaha agar orang
mengenali dan mengetahui sesuatu sistem pengajaran tertentu. Seperti halnya
dengan cara mengajar, dengan mengajar tersebut individu mampu untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, misalnya seorang pendidik
memberikan teladan atau contoh yang baik agar ditiru, memberikan pujian, dan
hadiah, mendidik dengan cara membiasakan, dengan adanya konsep ta’dib tersebut
maka terbentuklah seorang Individu yang muslim dan
berakhlak. Dalam
konsep ta’dib mengandung tiga unsur, yaitu : pengembangan iman, pengambangan
ilmu, pengembangan amal. Hubungan antara ketiga sangat penting karena
untuk tujuan pendidikan juga. Iman merupakan suatu pengakuan terhadap apa yang
diciptakan Allah di dunia ini yang direalisasikan dengan ilmu, dan
konsekuensinya adalah amal. Ilmu harus dilandasi dengan iman, dengan
iman maka ilmu harus mampu membentuk amal karena ilmu itu harus diamalkan
kepada orang yang belum mengetahuinya, dengan terealisasikannya unsur tersebut
maka akan terwujudnya tujuan
Istilah-istilah
itu jika ditinjau dari
segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun
apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling
mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak,
pengajaran atau nasihat (mau’idzah) yang diisyaratkan Q.S Lukman/31:13
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
13.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
D.
KARAKTERISTIK TARBIYAH DIBANDING DENGAN KATA LAINNYA
Dalam litelatur bahasa arab, selain kata tarbiyah terdapat
empat kata lain yang sering kali diartikan pendidikan atau pengajaran; ta’lim,
tadris, tahdzib, dan ta’dib. Tarbiyah merupakan pendidikan
menyeluruh terhadap manusia yang meliputi; jasmani, akal, akhlak, sosial,
emosional, estetika dan lain sebagainya, tarbiyah juga
berlangsung secara kontinu. (Rosyidin, 2009:20)
Taftazani berpendapat bahwa tarbiyat itu murabbinya adalah Allah dan manusia termasuk di
dalamnya Rasul. Objek tarbiyat Allah menunjukkan cakupan menyeluruh (seluruh alam), seperti yang
diisyaratkan dalam Q.S al-Fatihah/1:2; sedangkan objek bagi manusia/Rasul dapat digunakan bagi manusia semua tingkat usia, binatang,
dan kekayaan. Ini menunjukkan bahwa tarbiyat penekannya pada pengembangan individu dan menunjukkan bahwa
objek yang ditarbiyat tidak
disebut / bersifat kompleks.
Al-Maragi (1974, 1: 30) membagi tarbiyah dalam dua kategori;
Tarbiyah Allah terhadap manusia terdapat dua; (1) tarbiyah
khalqiyyah, yang berupa pertumbuhan anggota badan, hingga mencapai
kematangan, juga berupa bertambah kuat psikis dan akal. (2) tarbiyah
diniyyah tahdzibiyyah, berupa sesuatu yang diilhamkan kepada beberapa
individu, untuk menyampaikan kepada setiap manusia sesuatu yang dapat
menyempurnakan akal pikiran dan membersihkan diri-diri mereka. Manusia tidak
bisa mensyariatkan suatu beribadah, tidak pula menghalalkan sesuatu dan
mengharamkan yang lainnya kecuali atas izin Allah SWT.
Ta’lim lebih menekankan
pada aspek kognitif dan keterampilan, secara bahasa ta’lim semakna
dengan al-i’lam, yakni pemberitahuan informasi. Proses ta’lim
dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat diingat atau dengan latihan yang
terus menerus. Ta’lim tidak menuntut lebih dari guru yang
melaksanakan pengajaran, peserta didik hanya harus memperhatikan dan
mendengarkan materi yang disampaikan guru. (Rosyidin, 2009: 20-21)
Jika Mu’allimnya adalah Allah maka subyeknya manusia, sedangkan jika
muallimnya manusia, maka obyeknya bisa manusia dan bisa juga hewan, seperti
yang tersirat dalam Q.S al-Maidah/5:4
Tadris merupakan bentuk masdar
dari darasa- yadrusu, yang berarti membaca dengan terus-menerus,
berulang-ulang agar dihapal. Selanjutnya tadris diartikan
mengajar. Proses tad’ris memiliki beberapa tahapan;
membacakan, membicarakan, menjelaskan, mengimlakan, menulis, membandingkan,
menganalisis, menilai dan menyimpulkan. (Rosyidin, 2009: 22). Sehingga
Tadris lebih berarti metode ta’lim.
Ta’dib adalah
kegiatan antar manusia dengan tujuan mengarahkan mutaaddib agar memiliki akhlak
yang terpuji. Ta’dib adalah salah satu target ta’lim.
Tahdizb merupakan
upaya bimibingan menjaga atau memelihara mutahadzzib dari ‘kesakitan’ atau
penyakit baik jasmani maupun ruhani.
Da’wah adalah kegiatan
ta’lim yang bertujuan menyeru kepada kebaikan.
Sedangkan wiqayah
adalah hasil dari semua konsep pendidikan islam.
E.
KESIMPULAN
Secara etimologis, tarbiyah dapat dikembalikan kepada
3 kata kerja yg berbeda, yakni:
Rabaa-yarbuu yg bermakna berkembang.
Rabiya-yarbaa yg bermakna tumbuh.
Rabba-yarubbu yg bermakna memperbaiki,
mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Makna terminologis
tarbiyah adalah sebagai
berikut:
a)
proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad,
akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si
anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
b)
kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang,
kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
c)
menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan
dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
d)
proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan
dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.
e)
mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan
metode yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
f)
kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan,
penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan,
penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
Tarbiyah terdiri atas
(1) Tarbiyah
Khalqiyyat, yakni pembinaan dan pengembangan jasad, akal,
jiwa, potensi, perasaan
dengan berbagai petunjuk, dan
(2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat, pembinaan jiwa dengan
wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan Allah SWT.
Sedang arti tarbiyah
secara istilah adalah:
1.
menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan,
dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan
pembentukannya.
2.
menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan
batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
3.
sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit
demi sedikit oleh seorang pendidik.
4.
sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan,
maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada
batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahad.
5.
dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan,
baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat dengan
asas mencapai keridhaan Allah SWT.
Berbagai konsepsi-kosepsi tentang pendidikan islam
ini ternyata memiliki keunikan makna yang terkandung dalam Al-qur’an dan
Al-Hadits, karena Al-qur’an bagaikan cahaya yang terpancar dalam setiap sudut
mutiara yang menunjukan kekayaan makna lafad-lafadz dalam ayat-ayat al-qur’an.
kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, at-ta’dib, ad-da’wah maupun wiqayah menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kelima istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan dan bermuara pada aktifitas Mau’idzah dan mujadalah. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani.
kata at-tarbiyat, at-ta’lim, at-tadris, at-tahdzib, at-ta’dib, ad-da’wah maupun wiqayah menunjukkan satu konsep pendidikan dalam Islam. Kelima istilah ini saling melengkapi dan tercakup dalam tujuan pendidikan islam yang tidak bisa dipisah-pisahkan dan bermuara pada aktifitas Mau’idzah dan mujadalah. Terjadi pada diri manusia dalam arti yang umum dan mengisyaratkan adanya komponen-komponen pokok dalam pendidikan, adanya isyarat bagi guru untuk meningkatkan diri, prosesnya bertahap dan berkelanjutan, menuntut adab-adab tertentu dan metode yang mudah diterima dan dilakukan dengan baik dan bijak, adanya tujuan perolehan pengetahuan/ pembinaan akal, perubahan ke arah yang lebih baik, melahirkan amal shalih, akhlak yang baik/ pendidikan jiwa, mewujudkan insan muslim sempurna, untuk taat beribadah memperoleh ridla Allah s.w.t.
Istilah At-tarbiyah lebih tepat digunakan sebagai kata yang mewakili pendidikan islam, hal ini memiliki landasdan filosofis : Q.S. Ali Imran ; 79, perintah untuk menjadi insan rabbani.
Daftar Bacaan
Yunus, Mahmud., (2989), Kamus Arab-Indonesia, PT Mahmud
Yunus Wadzuryah, Jakarta
Syaripudin, Tatang., (2012), Landasan Pendidikan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Jakarta
Taftazani, Shofjan dan Abdurrahman, Maman., KONSEP TARBIYAT (PENDIDIKAN)
DALAM AL-QURAN (Sebuah Kajian
Semantis Berdasar Ayat-ayat Quran)
http://id.wikipedia.org/wiki/Tarbiyah Wikipedia bahasa Indonesia, dowload 25
Februari 2013 pukul 19.30
http://akukepompong.wordpress.com/2011/12/30/pengertian-talim-tadib-tarbiyah-tadris-dan-tahdzib-talim/ downlowd 25 Februari 2013 pkl. 19.30
http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/23/konsep-pendidikan-dalam-kacamata-islam-466644.html download 25 Februari 2013 pkl. 19.30
http://ljaniah.blogspot.com/2012/04/makna-tarbiyah-dalam-surat-al-fatihah-2.html Makna Tarbiyah Dalam Surat Al-Fatihah: 2, Al-Isra: 24 dan Asy-Syu'ara: 16
Postingan Selasa, 03 April 2012 oleh Siti
Laela Janiah pukul 07.25, download 25 Februari
2013 pukul 21.30
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2250937-pengertian-tarbiyah/ postingan 16 Januari 2012, dowload 27
Februari 2013 pkl. 21.25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar