OBJEK PENDIDIKAN BERDASARKAN AL-QUR’AN
Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat
ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode
pengajaran dan tentunya terdapat objek pendidikan pula. Dalam objek pendidikan
telah terserat dalam Al Qur’an, yaitu dalam surat At Tahrim ayat 6, Assyu’ara
214, At Taubat 122 dan An Nisa 170.
A.
QS At Tahrim Ayat 6
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS.At-Tahrim:6).
Dalam
ayat ini terdapat lafadz perintah berupa fi’il amr yang secara langsung dan
tegas, yakni lafadz (peliharalah/ jagalah), hal ini dimaksudkan bahwa kewajiban
setiap orang Mu’min salah satunya adalah menjaga dirinya sendiri dan
keluarganya dari siksa neraka.
Dalam
tafsir jalalain proses penjagaan tersebut adalah dengan pelaksanaan perintah
taat kepada Allah SWT. Merupakan tanggung jawab setiap manusia untuk menjaga
dirinya sendiri, serta keluarganya, sebab manusia merupakan pemimpin bagi
dirinya sendiri dan keluarganya yang nanti akan dimintai pertanggungjawabannya.
Sebagaimana sabda Rosuloulloh SAW.
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata: saya mendengar
Rosululloh SAW. Bersabda: Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap dari
kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah
pemimpin dan akan ditanyai atas kepemimpinannya, orang laki-laki adalah pemimpin
dalam keluarganya dan akan ditanyai atas kepemimpinannya (HR. Bukhary-Muslim).
Diriwayatkan
bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar berkata: "Wahai Rasulullah, kami
sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?" Rasulullah
SAW. menjawab: "Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang
mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan
kepadamu melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka.
Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah
sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam
neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepadanya.
Maka jelas bahwa tugas manusia tidak hanya
menjaga dirinya sendiri, namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk dapat
melaksanakan taat kepada Allah SWT, tentunya harus dengan menjalankan segala
perintahNya, serta menjauhi segala laranganNya. Dan itu semua tak akan bisa
terjadi tanpa adanya pendidikan syari’at. Maka disimpulkan bahwa keluarga juga
merupakan objek pendidikan.
Dilihat dari ayat itu sendiri terdapat
hubungan antar kalimat (munasabah), bahwa manusia diharapkan seperti prilaku
malaikat, yakni mengerjakan apa yang diperintah Allah SWT. Tafsiran: ayat ini
menerangkan tentang ultimatum kepada kaum mu’minin (diri dan keluarganya) untuk
tidak melakukan kemurtadan dengan lidahnya, meskipun hatinya tidak.
Kesimpulan: ayat ini menunjukkan perintah
untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka dan merupakan tarbiyah untuk
diri sendiri dan keluarga.
B.
QS. Asy Syu’araa Ayat
214
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S Asy Syu'ara': 214).
Sesuai dengan ayat sebelumnya (QS. At Tahrim:
6) bahwa terdapat perintah langsung dengan fi’il amar (berilah peringatan).
Namun perbedaannya adalah tentang objeknya, dimana dalam ayat ini adalah
kerabat-kerabat.
”Al Aqrobyn” mereka adalah Bani Hasyim dan
Bani Mutalib, lalu Nabi saw. memberikan peringatan kepada mereka secara
terang-terangan; Demikianlah menurut keterangan hadis yang telah dikemukakan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Namun hal ini bukan berarti khusus untuk Nabi SAW saja kepada Bani Hasyim dan
Muthollib, tetapi juga untuk seluruh umat Islam. Sebab sesuai kaidah ushul
fiqh: ”...dengan umumnya lafadz, bukan dengan khususnya sebab”.
Dilihat
dari munasabah ayat, selanjutnya terdapat ayat ke-215:
ôÙÏÿ÷z$#ur y7yn$uZy_ Ç`yJÏ9 y7yèt7¨?$# z`ÏB úüÏZÏB÷sßJø9$# ÇËÊÎÈ
”Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” (QS. Asy-Syu’araa:
215). Jadi perintah ini juga berlaku untuk seluruh umat Islam.
Asbab
nuzul ayat ini, Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Bani
Abdul Muthalib, demi Allah aku tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih baik
di seluruh bangsa Arab dari apa yang kubawa untukmu. Aku datang kepadamu untuk
kebaikan di dunia dan akhirat. Allah telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka,
siapakah di antara kamu yang bersedia membantuku dalam urusan ini untuk menjadi
saudaraku dan washiku serta khalifahku?” Mereka semua tidak bersedia kecuali
Ali bin Abi Thalib. Di antara hadirin beliaulah yang paling muda. Ali berdiri
seraya berkata: “Aku ya, Rasulullah Nabi. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam
urusan ini”. Lalu Rasulullah SAW memegang bahu Ali seraya bersabda:
“Sesungguhnya Ali ini adalah saudaraku dan washiku serta khalifahku terhadap
kalian. Oleh karena itu, dengarkanlah dan taatilah ia.” Mereka tertawa
terbahak-bahak sambil berkata kepada Abu Thalib: “Kamu disuruh mendengar dan
mentaati anakmu”
Umat Islam adalah saudara bagi yang lain,
maka harus saling mendidik dan menasehati. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “ Dari
Jarir Ibn Abdillah ra. Berkata: Saya bersumpah setia kepada Rosululloh SAW
untuk mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan menasehati kepada setiap
muslim”. (HR. Bukhory-Muslim). Maka kerabat-kerabat kita terdekat merupakan juga
objek dakwah dan tarbiyah.
C.
QS. At Taubah: 122
* $tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9 Zp©ù!$2 4 wöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuÏj9 Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur óOßgtBöqs% #sÎ) (#þqãèy_u öNÍkös9Î) óOßg¯=yès9 crâxøts ÇÊËËÈ
”Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang
mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At Taubah:
122).
Dalam ayat ini juga terdapat dua lafadz fi’il
amar yang disertai dengan lam amar, yakni (supaya mereka memperdalam ilmu
agama) dan lafadz (supaya mereka membari peringatan),yang berarti kewajiban
untuk belajar dan mengajar.
Adapun proses belajar dan mengajar sangat
dianjurkan oleh Nabi SAW. Sabda beliau: ”Dan darinya (Abu Hurairah ra.
Sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda: Barangsiapa yang mengajak kepada
petunjuk, maka baginya pahala orang yang mengikutinya tidak dikurangi sedikitpun
dari padanya. (HR. Muslim).
Asbab nuzulnya adalah Tatkala kaum Mukminin
dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang kemudian Nabi saw.
mengirimkan sariyahnya, akhirnya mereka berangkat ke medan perang semua tanpa
ada seorang pun yang tinggal, maka turunlah firman-Nya berikut ini: Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi ke medan perang semuanya.
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan suatu kabilah di antara mereka
beberapa orang beberapa golongan saja kemudian sisanya tetap tinggal di tempat untuk
memperdalam pengetahuan mereka yakni tetap tinggal di tempat mengenai agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya
dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama
yang telah dipelajarinya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya dari siksaan
Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sehubungan
dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya bahwa ayat ini
penerapannya hanya khusus untuk sariyah-sariyah, yakni bilamana pasukan itu
dalam bentuk sariyah lantaran Nabi saw. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya
yang juga melarang seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut
berangkat ke medan perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi
saw. berangkat ke suatu ghazwah.
Kesimpulan: maka tidak sepatutnya seluruh
kaum muslimin pergi berperang (jihad), namun harus ada juga yang harus belajar
dan mengajar. Sebab proses tarbiyah sangat pentingbagi kukuhnya Islam. Rosul
SAW bersabda (artinya): ”Di hari kiamat kelak tinta yang digunakan untuk
menulis oleh para ulama akan ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di
medan perang)” (HR. Syaikhani).
D.
QS. An Nisaa’: 170
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# ôs% ãNä.uä!$y_ ãAqߧ9$# Èd,ysø9$$Î/ `ÏB öNä3În/§ (#qãZÏB$t«sù #Zöyz öNä3©9 4 bÎ)ur (#rãàÿõ3s? ¨bÎ*sù ¬! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $·KÎ=tã $VJÅ3ym ÇÊÐÉÈ
”Wahai manusia,
sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa)
kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu.
Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan sedikitpun kepada
Allah) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan
Allah. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs. An Nisa’: 170).
Dalam ayat ini Allah menyeru kepada manusia
untuk beriman, sebab sudah ada Rosul (Nabi Muhammad SAW) yang diutus untuk
membawa syari’at yang benar.
Dalam tafsir disebutkan bahwa lafadz An Naas
pada saat turunnya ayat adalah kepada ahli kafir Mekah. Adapun manusia, karena
adanya kesamaan jenis, ukhuwah basyariyyah, maka dakwah dan tarbiyah kepada non
muslim pun harus tetap dilakukan, tentunya dengan jalan yang baik.
Nabi SAW bersabda:”Dari Abdullah Ibn ’Amr Ibn
Al Ash ra. Berkata, sesungguhnya Nabi SAW besabda: Sampaikanlah dariku walau
satu ayat.....” (HR. Bukhori).
Kesimpulan: Maka manusia baik yang muslim
maupun non muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu
diluruskan, bahwa proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan
perang, tetapi dengan jalan yang hikmah, mauidzoh hasanah, dan argumen yang
bertanggung jawab.
Daftar Pustaka
Tafsir Jalallain
Depag RI. 2000.Al Quran dan Terjemahannya, Edisi Baru.
Surabaya: CV Karya Utama
Hadhiri, Choiruddin. 1995. Klasifikasi Kandungan Al Quran.
Jakarta: Gema Insani Press
Ashiddiqy Muhammad Hasbi,2000.Tafsir Al Qur’anul Majid An
Nuur.Semarang: PT Pustaka Rizki Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar