PENGERTIAN dan SEJARAH BIMBINGAN DAN KONSELING
A.
Pengertian Bimbingan
Rumusan tentang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak
awal abad ke 20, yaitu sejak dimulainya bimbingan yang diprakasai oleh Frank
Parson pada tahun 1908, dimana saat itu Frank Parson mendirikan sebuah badan
bimbingan yang disebut Vocational Bureau di Boston. Badan itu
selanjutnya diubah namanya menjadi Vocational Guidance Bureau. Inilah yang
merupakan cikal bakal pengembangan gerakan bimbingan di seluruh dunia, termasuk
Indonesia.
Adapun mengenai pengertian bimbingan, terdapat banyak pakar yang berusaha
mendefinisikan arti dari bimbingan, diantaranya :
- Frank
Parson (dalm Jones, 1951) mendefiniskan bimbingan sebagai bantuan yang
diberikan pada individu untuk dapat memilih mempersiapkan diri dan memangku
suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu.
- Dunnsmoor
& Miller dalam McDaniel, 1969 mengatakan bahwa bimbingan membantu individu
untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan,
jabatan dan pribadi yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan, dan
sebagai suatu bentuk bantuan yang sistematik melalui mana siswa dibantu untuk
memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan terhadap kehidupan
- Menurut
Mortensen dan Schmuller, 1976, bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari
keseluruhan pendidikan yang membantu dalam menyediakan kesempatan-kesempatan
pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana setiap individu dapat
mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai
dengan ide-ide demokrasi
- Menurut
Bernard & Fullmer, 1969, mendefinisakn bimbingan sebagai segala kegiatan
yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu.
- Menurut
Jones, Staffire & Stewart, 1970, mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan
yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan
penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip
demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan
hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat
pilihan seperti itu tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan.
Beberapa tokoh diatas berusaha mendefinisikan pengertian bimbingan. Dari
sekian definisi yang ada, terdapat beberapa hal penting yang menjadi inti dari
bimbingan, yaitu:
1.
Pelayanan
bimbingan merupakan suatu proses. Hal ini berarti bahwa pelayanan bimbingan
bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui proses tertentu sesuai dengan
dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini
2.
Bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan. Bantuan disini tidak diartikan sebagai
bantuan materil melainkan bantuan yang menunjang bagi pengembangan pribadi bagi
individu yang dibimbing.
3.
Bantuan itu diberikan
kepada individu, baik perseorangan maupun kelompok.
4.
Pemecahan
masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas kekuatan klien sendiri. Dalam hal ini, tujuan bimbingan adalah
mengembangkan kemampuan klien untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah
yang dihadapinya dan akhirnya dapat mencapai kemandirian.
5.
Bimbingan
ini dilaksanakan dengan menggunakan bahan interaksi, nasihat ataupun gagasan,
serta alat-alat tertentu baik yang berasal dari klien sendiri, konselor, maupun
dari lingkungan.
6.
Bimbingan tidak
hanya diberikan untuk kelompok-kelompok umur tertentu sjaa, tapi meliputi semua
usia.
7.
Bimbingan
diberikan oleh orang yang ahli, yaitu orang yang memilki kepribadian yang
terpilih dan telah memperoleh pendidikan dan latihan yang memadai dalam bidang
bimbingan dan konseling.
8.
Pembimbing
tidak selayaknya memaksakan keinginn-keinginannya kepada klien karena kline
mempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan arah dan jalan hidupnya sendiri.
9.
Bimbingan
dilakukan sesuai norma-norma yang berlaku. Dalam hal ini, proses
bimbingan baik dari bentuk, isi dan tujuannya serta aspek-aspek
penyelenggaraannya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Kemudian Thantawy (dalam Thantawy,
1995) berusaha merumuskan bimbingan, yaitu:
1.
Bimbingan
adalah suatu kegiatan memberikan bantuan atau pertolongan. Bantuan disini
adalah dalam rangka dan untuk tujuan pendidikan, bantuan dalam mengatur
aktivitas kehidupan bukan mengendalikan kehidupan individu; bantuan untuk
membuat keputusan, bukan membuatkan keputusan bagi orang lain.
2.
Bimbingan
ditujukan kepada semua individu, bukan hanya sekelompok individu yang mempunyai
masalah.
3.
Bentuk bantuan haruslah sistematis, mengikuti
prosedur yang direncanakan secara teratur bukan sporadic. Suatu proses yang
berkesinambungan, bukan kegiatan yang bersifat sewaktu-waktu secara kebetulan.
Suatu proses yang interaktif yang mendorong individu untuk berkembang sesuai
potensinya.
4.
Bantuan
haruslah datang darii orang-orang yang memiliki keahlian secara professional.
Dari beberapa
rangkuman diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu baik remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Tujuan bimbingan adalah untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam:
a.
Memahami
dirinya/ bakat, minat, kemampuan, kelemahan, nilai-nilai yang penting bagi
dirinya.
b.
Memahami
lingkungan atau kesempatan-kesempatan yang tersedia baik yang menunjang
peningkatan penddikan, dan karir atau pekerjaan maupun kondisi yang mungkin
menghambat kemajuan.
c.
Memilih
alternative, menentukan atau mengambil keputusan tentang cita-cita atau jalan
hidupnya dan menyesuaikan diri berdasarkan hasil pemahaman diri dan pemahaman
akan lingkungan untuk meraih masa depan yang lebih cerah.
d.
Mengambil
tindakan atau langkah-langkah untuk mengaktualisasikan cita-cita hidupnya dalam
rangka meraih masa depan, serta memeperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan bagi
dirinya dan masyarakat.
B. Pengertian Konseling
Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu
“consilium” yang beararti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan
“menerima atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah
konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.
Sama hal
nya dengan bimbingan, banyak pakar yang berusaha mendefiniasikan tentang apa
itu konseling. Diantaranya:
- Menurut
Jones (1955) konseling merupakan kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan
semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri
oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam
pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah
untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari
individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
- McDaniel,
1956 mendefinisikan konseling sebagai suatu rangkaian pertemuan langsung dari
individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat
menyesuaikan diri secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan
lingkungannya.
- Kemudian
Bernard dan Fullmer menyatakan bahwa konseling meliputi pemahaman dan hubungan
individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi dan potensi-potensi
yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk
mengapresiasi ketiga hal tersebut.
Dari sekian banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (yang disebut klien) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Kemudian
dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan
berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau
kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai
perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang
lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Sejarah Bimbingan Konseling
Dari mulai
berdirinya sampai saat ini bimbingan dan konseling terus mengalami
perkembangan, baik di dunia maupun di Indonesia. Miller (dalam prayitno, 1999)
berusaha meringkaskan perkembangan bimbingan dan konseling kedalam lima
periode.
Periode pertama,
Frank Parson memprakarsai gerakan bimbingan melalui didirikannya sebuah badan
bimbingan yang disebut Vocational Bureau di Boston pada tahun
1908. Badan itu selanjutnya diubah
namanya menjadi Vocational Guidance Bureau. Inilah yang merupakan
cikal bakal pengembangan gerakan bimbingan di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Pada masa ini bimbingan dilihat
sebagi usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan tentang
jabatan.
Pada periode kedua
gerakan pendidikan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan. Dalam tahap ini
bimbingan dirumuskan sebagai suatu totalitas pelayanan yang secara keseluruhan
dapat diintegrasikan kedalam upaya pendidikan. Pada dua periode awal ini
rumusan konseling belum dirumuskan.
Pada periode
ketiga, pelayanan untuk penyelesaian diri mendapat perhatian utama. Pada
periode ini disadari benar bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya disangkut
pautkan dengan usaha-usaha pendidikan saja, tidak juga mencocokkan individu dengan
jabatan-jabatan tertentu saja, malainkan juga peningkatan kehidupan mental.
Pada periode ini rumusan konseling dimunculkan.
Pada periode
keempat gerakan bimbingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu.
Pada periode ini pelayanan bimbingan dihubungkan dengan usaha individu untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Membantu individu dalam
mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya dalam mencapai kematangan
dan kedewasaan menjadi tujuan utama.
Periode kelima.
Pada periode ini tampak adanya dua arah yang berbeda, yaitu kecenderungan untuk
kembali pada periode pertama dan kecenderungan yang lebih menekankan pada
rekonstruksi sosial (dan personal) dalam rangka membantu pemecahan masalah yang
dihadapi individu. Pada dua tahap yang terakhir ini tampak tumpang tindih
pengertian bimbingan dan konseling, yang satu dapat dibedakan dari yang
lainnya, tapi tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya.
Bagaimana dengan
perjalanan bimbingan konseling d Iindonesia? Sejarah lahirnya Bimbingan dan
Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan
Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) pada setting sekolah. Pemikiran
ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi
IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun
1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan
IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP
Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini
Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar
Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum
1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
Tahun 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan
di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah yang sampai saat itu belum ada jatah pengangkatan guru BP
dari tamatan S1 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Pengangkatan Guru Bimbingan
dan Penyuluhan di sekolah mulai diadakan sejak adanya PGSLP dan PGSLA Bimbingan
dan Penyuluhan. Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui
tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit
bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di
dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih
belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka.
Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna
terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul
anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang
tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa
anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan
No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di
dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Ketentuan
pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No
025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti
menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru
Pembimbing.
Daftar Pustaka
- Salahudin, Anas.
(2010). Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia.
- Tohirin. (2007). Bimbingan
dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta:
Rajawali Pers.
- Yusuf, Syamsu dan A.
Juntika Nurihsan. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosda.
- Arya. (2010). Sejarah Lahirnya Bimbingan dan Konseling,
[Online]. Tersedia:http://belajarpsikologi.com/sejarah-lahirnya-bimbingan-dan-konseling/ [27
Februari 2011]
- Noorholic. (2008). Sejarah
Bimbingan dan Konseling dan Lahirnya BK 17 Plus, [Online].
- Tersedia: http://noorholic.wordpress.com/2008/06/09/sejarah-bimbingan-dan-konseling-dan-lahirnya-bk-17-plus/ [27
Februari 2011]
- Sudrajat, Akhmad. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling,
[Online]. Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/
[27 Februari 2011]
- Utami Widyaiswari, Sejarah
Lahirnya Bimbingan dan Konseling, [Online]. Tersedia:http://www.scribd.com/doc/55977839/Sejarah-Lahirnya-Bimbingan-Dan-Konseling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar